SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Laga perdana PSS Sleman menghadapi Persipasi Kota Bekasi, Sabtu (17/12) pekan lalu, berakhir bahagia. Skor 3-1 untuk kemenangan PSS. Meski demikian, masih tersisa beberapa angka merah pada rapor panitia pelaksana (panpel) PSS. Hal-hal apa sajakah itu?

Jauh-jauh hari sebelum kompetisi bergulir, Hardo Kiswoyo selaku manajer promosi PSS Sleman sesumbar panitia pelaksana (panpel) pertandingan PSS yang dipimpin Sudaryo sangat kompak dan berpengalaman dalam menggelar laga tandang. Oleh karena itu, kualitas panpel tidak perlu diragukan lagi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelum pelaksanaan laga perdana, kepada sejumlah wartawan, Sudaryo mengungkapkan 300 personil gabungan TNI-Polri siap mengamankan jalannya pertandingan tersebut. Tambah dia, sebelum memasuki stadion, para suporter bakalan di-sweeping aparat. “Tongkat kayu, petasan, bom asap, mercon semua akan disita.”

Hasilnya, saat pertandingan berlangsung, nyala mercon dan bom asap terdengar berseliweran di tribun utara dan tribun timur. Di tribun utara bahkan sebuah mercon meledak di tengah kerumunan yang membuat beberapa suporter terpaksa harus menjauh untuk menyelematkan diri.

Selain persoalan sweeping, panpel PSS yang dikatakan berpengalaman itu terindikasi bertindak tidak fair, terhadap penonton yang datang ke stadion. Buktinya? Panpel memilih untuk menutup akses masuk ke tribun selatan. Akibatnya, para pendukung PSS yang tergabung dalam kelompok Ultras tidak diizinkan untuk menonton dari tribun selatan yang menjadi basis mereka saat pertandingan berlangsung di Stadion Maguwoharjo.

Sudaryo beralasan tribun kuning bakal dibuka jika tribun barat dan timur sudah penuh padahal lazimnya dalam pertandingan sepak bola, semua tribun dibuka panpel sehingga para penonton bebas memilih tribun mana yang bakal ditempati. Tribun utara dan selatan sama-sama bertarif Rp10.000 tapi mengapa hanya tribun selatan yang ditutup?

Rapor merah panpel lainnya ditemui langsung oleh para wartawan saat jumpa pers seusai pertandingan. Patut diingat, sesuai standar internasional, seusai pertandingan memang wajib digelar jumpa pers dan dihadiri dua tim yang bertandingan, serta panpel.

Dalam jumpa pers tersebut, yang muncul hanyalah pelatih Widiantoro serta manajer PSS, Rumadi. Perwakilan dari Persipasi Kota Bekasi tidak diundang untuk menghadiri jumpa pers.

Ruang jumpa pers pun terkesan disiapkan ala kadarnya. Pengeras suara yang menimbulkan gaung agak sulit dicerna bagi siapa saja yang mendengarnya. Selain itu, ruang jumpa pers pun dijadikan akses keluar masuk bagi para penonton sehingga suasana gaduh hadir saat jumpa pers berlangsung. Bahkan tidak sedikit suporter yang turut memenuhi ruang tersebut.

Para awak media pun jangan bermimpi bisa mewawancarai para pemain dari kedua yang baru saja berlaga karena panpel memang tidak menyediakan mixed zone di Stadion Maguwoharjo. Zona tersebut memang merupakan standar AFC, sebelum meninggalkan stadion, para pemain harus melewati areal itu guna diwawancarai oleh para kuli tinta.

Seusai pelaksanaan jumpa pers, salah seorang petinggi PT LPIS, Abi Hasantoso, sampai repot-repot ke meja panpel untuk meminta print out hasil pertandingan secara terperinci. “Sesuai standar, begitu pertandingan selesai langsung di-print dan dibagikan ke wartawan,” tandasnya kepada para anggota panpel.

Era sepak bola profesional tidak melulu berbicara tentang pemain, klub dan manajemen tapi panpel  pun turut menjadi salah satu entitas di dalamnya. Semoga di pertandingan kandang berikutnya, ada perubahan yang bisa dilakukan. Hidup sepak bola profesional!.(Wartawan Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya