SOLOPOS.COM - Manajemen Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) memaparkan hasil RUPS yang digelar di Jakarta, Rabu (26/2/2020). Dari Kiri ke Kanan : Direktur Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk., Charlie Dhungga; Direktur Utama AISA Lim Aun Seng; Komisaris Utama AISA Hengky Koestanto; dan Corporate Secretary AISA Michael Hadylaya. (Bisnis.com/JIBI/Ria Theresia Situmorang)

Solopos.com, JAKARTA — Produsen snack Taro, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA), akhirnya menyampaikan kembali laporan keuangan tahun 2017 di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Di laporan yang dikutip Bisnis.com, Senin (22/6/2020), perusahaan dengan pabrik di Kabupaten Sragen itu menyajikan kembali laporan keuangan 2017 dengan tidak mengonsolidasi PT Dunia Pangan dan entitas anaknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Laporan keuangan tahun 2017 sempat terkatung-katung karena sejumlah persoalan mendera perseroan, mulai isu beras oplosan (Juli 2017), gagal bayar utang (April 2018), polemik dengan manajemen (2018-2019).

Hot News, Bantu Tangani Covid-19 Bisa Dapat Keringanan Pajak Penghasilan!

Dari laporan keuangan itu terungkap produsen Taro tersebut membukukan rugi untuk kinerja 2017. Per 31 Desember 2017 perseroan mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp5,23 triliun.

Padahal, pada tahun sebelumnya, perseroan yang akrab disebut TPS Food tersebut membukukan laba bersih Rp593,47 miliar.

Adapun, kerugian terutama disebabkan oleh penurunan penjualan bersih sebesar 70,2 persen menjadi Rp1,95 triliun untuk tahun buku 2017.

Klaten Siapkan Protokol Kesehatan Desa Paseduluran Pengungsi Merapi

Kendati beban pokok penjualannya menurun 71,36 persen menjadi Rp1,39 triliun, perseroan tidak mampu mengimbangi penurunan pendapatan dengan menekan beban usaha, beban lainnya atau menambah penghasilan lainnya.

Alhasil, rugi per saham yang dibagikan perseroan pada tahun tersebut adalah Rp1.625,9. Nilai itu, berbanding terbalik dari posisi laba per saham tahun sebelumnya mencapai Rp184,39.

Omzet Makanan Ringan Tertinggi

Berdasarkan segmen, produsen snack Taro tersebut mayoritas memperoleh omzet dari penjualan makanan ringan diikuti dengan makanan pokok. Masing-masing dengan nilai Rp1,36 triliun dan Rp712,92 miliar sebelum dikurangi diskon penjualan.

Terungkap! Penyerang Wakapolres Karanganyar Ternyata Warga Madiun

Dalam surat penjelasan perseroan yang ditandatangani oleh Direktur Utama Hengky Koestanto dan Direktur Charlie Dhungga disebutkan penurunan aset Rp7,27 triliun disebabkan oleh penyisihan atas utang tak tertagih.

Selain itu, penyisihan atas nilai investasi PT Dunia Pangan seiring dengan putusan pailitnya pada Mei 2019 dan penyesuaian terhadap total aset dengan efek neto diakibatkan tidak ada dokumen yang memadai.

Untuk diketahui, BEI mensuspensi saham AISA pada level harga Rp168 sejak 5 Juli 2018. Akibatnya, saham AISA tidak dapat diperdagangkan di seluruh pasar sejak 23 bulan lalu.

53 Mahasiswa Indonesia di Wuhan Diwisuda saat Pandemi Covid-19

Februari 2020 lalu, produsen Taro ini menyatakan kegiatan usaha perseroan masih berjalan normal, di tengah banyak kekhawatiran yang membayangi kinerja perseroan.

Sekretaris Perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Michael H. Hadylaya mengungkapkan kegiatan operasional masih berjalan seperti sedia kala. Dia menegaskan pemegang saham tak perlu khawatir tentang keberlangsungan usaha produsen makanan ringan bermerek Taro tersebut.

“(Kegiatan operasional) Masih berjalan, (pemegang saham) memang banyak yang khawatir. Nah, kita sampaikan, kegiatan usaha masih berjalan normal seperti biasa,” ujar Michael kepada Bisnis.com setelah RUPS, Rabu (26/2/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya