SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Produsen pupuk urea terbesar, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) meminta, pemerintah membuka kran ekspor untuk mengatasi kelebihan stok, akibat rendahnya penyerapan urea oleh petani di dalam negeri.

“Saat ini total stok urea (PKT) kami telah mencapai sekitar 600 ribu ton yang terdiri dari sekitar 180 ribu ton di gudang PKT, dan sekitar 420 ribu ton di lini II (gudang provinsi) dan III (gudang kabupaten),” kata Dirut PKT, Hidayat Nyakman, di Jakarta, Rabu (5/8).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia mengatakan, sampai akhir Juli tahun ini total penyerapan urea bersubsidi di 18 provinsi yang menjadi tanggung jawab PKT hanya sekitar 87 persen atau sebanyak 905.017 ton dari ketentuan Menteri Pertanian sekitar 1,045 juta ton.

“Kondisi itu (kelebihan stok) menyebabkan tertahannya modal kerja sekitar Rp 1,2 trilun dengan asumsi HPP (harga pokok produksi) sebesar Rp 2.000 per kilogram,” katanya.

Sampai akhir tahun PKT mendapat penugasan memasok pupuk urea bersubsidi sebanyak 1.916.413 ton. Untuk mengamankan pasokan bersubsidi, PKT tetap mengoperasikan seluruh pabriknya secara normal dengan target produksi sampai akhir tahun sekitar 2,75 juta ton.

Hidayat mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan penyerapan pupuk urea bersubsidi yang rendah sepanjang Januari-Juli tahun ini. Ia menilai efektifitas pelaksanaan RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) menyebabkan penyaluran pupuk bersubsidi tepat sasaran dan petani menggunakan pupuk sesuai dengan penyuluhan seperti pemakaian urea sebesar 250 kilogram per hektar.

ant/fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya