SOLOPOS.COM - Petani menyemai bibit tanaman padi di sawah di Selogiri, Wonogiri, Jumat (17/1/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Kemarau panjang pada 2019 berdampak pada produksi padi di Wonogiri yang turun nyaris 19.000 ton dibanding tahun sebelumnya.

Kemarau panjang membuat tanaman di lahan seluas lebih dari 5.500 hektare (ha) rusak ringan hingga puso atau gagal panen. Bahkan, banyak lahan yang tak bisa ditanami karena kering kerontang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang dihimpun Solopos.com di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Wonogiri, Jumat (17/1/2020), produksi padi sepanjang 2019 tercatat 389.874,04 ton gabah kering giling (GKG) atau turun 18.991,96 ton GKG dibanding produksi 2018. Saat itu produksi tercatat 408.866 ton.

Kepala DPP Wonogiri, Safuan, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat, menyampaikan penyebab utama produksi padi tahun lalu turun adalah kemarau panjang.

Ekspedisi Mudik 2024

Akibatnya, tanaman padi di lahan seluas ribuan ha rusak ringan hingga puso atau gagal panen. Total tanaman yang rusak seluas 5.558 ha. Tanaman di lahan seluas 1.391 ha di antaranya puso.

Ada Alat Kontrasepsi Premium di Mobil Goyang yang Gegerkan Parkiran Mal Solo

Selebihnya rusak ringan seluas 1.372 ha, rusak sedang 1.383 ha, dan rusak berat 1.412 ha akibat kekeringan. Kerusakan itu terjadi pada musim tanam (MT) II.

Tanaman yang rusak secara otomatis membuat luas panen berkurang. Luas panen tahun lalu tercatat di angka 71.209,87 ha atau berkurang 4.604,33 ha dibanding luas panen 2018.

Di sisi lain pada MT III banyak sawah yang tak bisa ditanami lantaran kering. Penyebab lainnya, seperti padi terserang penyakit penggerek batang padi. Penyakit itu mengurangi produksi hingga 30 persen.

Selain itu karena tanaman diserang hama, seperti tikus, wereng, dan walang sangit. Namun, menurut Safuan, serangan hama tersebut bisa dikendalikan karena lahan terdampak luasnya kurang dari 5 persen dari total luas tanam.

“Wilayah yang produksi padinya turun terjadi di kecamatan yang sawahnya tak mendapat irigasi teknis. Dari total lahan sawah seluas 22.212 ha, sawah yang mendapat irigasi teknis hanya 9.000 ha, seperti di Girimarto dan Slogohimo. Sawah-sawah di sana berada di lereng Gunung Lawu, sehingga tetap bisa mendapat air saat kemarau,” kata Safuan.

Kendati demikian, dia mengklaim produksi padi tetap surplus sebesar lebih dari 150.000 ton. Alhasil, Wonogiri tak mengalami kekurangan beras.

Ada Patung Gajah Bercorak Zebra di TSTJ Solo, Pengunjung Protes

Berdasar data Solopos.com, selain padi, penurunan produksi juga terjadi pada komoditas kedelai, kacang tanah, singkong, uji jalar, dan sorghum. Produksi kedelai sepanjang 2019 tercatat 2.410,58 ton atau turun 4.360,42 ton dibanding produksi tahun sebelumnya yang saat itu mencapai 6.771 ton.

Produksi kacang tanah selama 2019 tercatat 30.306,84 atau turun 3.346,16 ton dibanding produksi 2018. Ketika itu produksi tercatat 34.153 ton.

Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Selogiri, Sugito, menginformasikan setiap kemarau banyak sawah di Selogiri bero atau tak ditanami karena kering. Akibatnya, produksi padi di sawah tersebut terhenti.

Biasanya fenomena itu terjadi pada MT III. Hanya, sawah yang tetap mendapat irigasi yang bisa ditanami. Petani bisa mendapatkan air dengan cara menyedot dari sumur dalam dan saluran irigasi Colo Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya