SOLOPOS.COM - Ilustrasi. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo menargetkan penanaman padi seluas 53.690 hektare pada 2020 dengan total luas lahan pertanian yang ada sebanyak 20.400 hektare.

Artinya, dalam setahun sawah di Sukoharjo akan ditanami padi sebanyak 2-3 kali. Pada tahun-tahun sebelumnya, penanaman padi pada musim tanam (MT) I, MT II, dan MT III memang lazim terjadi. Lalu, bagaimana dengan prediksi 2020?

Promosi Acara Gathering Perkuat Kolaborasi Bank Sampah Binaan Pegadaian di Kota Padang

Laporan Kekayaan Bupati Sragen Yuni: 2 Tahun Susut Rp22 Miliar

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sukoharjo menunjukkan tren padi pada 2017-2018 terjadi penurunan. Pada 2017, produksi gabah Sukoharjo mencapai 391.675 ton dengan luas lahan tanam 54.339 hektare. Artinya, produktivitas padi pada tahun yang sama mencapai 7,2 ton per hektare

Kemudian, pada 2018, produksi gabah turun menjadi 363.383 ton dengan luas lahan yang ditanami sebanyak 53.343 ha. Produktivitas padi juga ikut turun menjadi 6,8 ton per hektare (selengkapnya lihat grafis).

Penurunan produksi gabah itu berkorelasi kuat dengan intensitas hujan di Sukoharjo. Berdasarkan data dari BPS Sukoharjo, pada 2017 memiliki 155 hari hujan. Jumlah itu terjun bebas pada tahun berikutnya menjadi 91 hari. Penurunan jumlah hari hujan ini dipicu terkait dampak perubahan iklim.

Hasil analisis korelasi menggunakan uji korelasi Pearson jumlah hari hujan periode 2012-2018 dengan produksi gabah pada periode yang sama menunjukkan angka 0,74. Artinya, keduanya berkorelasi kuat.

Lalu, bagaimana dengan proyeksi produksi padi 2020?

Tak Disebut Dalam LHKPN, Ke Mana Rubicon Jekek?

Berdasarkan laporan Solopos.com, Juni 2019, petani di Sukoharjo mengalami puso alias gagal panen seluas 1.193 hektare sawah. Petani menderita kerugian hingga Rp3,5 juta per hektare.

Sawah-sawah itu tresebar di empat kecamatan yakni Bulu, Nguter, Weru, dan Bendosari yang umumnya merupakan sawah tadah hujan.

Lalu, pada September 2019, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, menyatakan ada 1.306 hektare sawah puso akibat kekeringan. Tak hanya itu, kekeringan juga mengakibatkan MT I petani terancam mundur.

Bocoran Rekomendasi PDIP: Yuni Pulang, Sri Mulyani Tetap Mulus

Hingga kini, belum ada laporan resmi bagaimana produksi padi Sukoharjo pada 2019 setelah diserang kekeringan.

Pelaksanaan MT I dimulai pada Januari-Februari. Padahal, lazimnya MT I dimulai pada November-Desember. Di sejumlah daerah bahkan MT I dimulai Oktober. Akibatnya, masa panen pun akan mundur hingga April-Mei.

Setelah Tujuh Bulan Kemarau, Petani Di Lebak Kembali Tanam Padi

Yang menjadi persoalan berikutnya adalah bagaimana soal ketersediaan air pada MT II yang diperkirakan terjadi pada Mei-Juni? Pada 2019, hujan terakhir di Sukoharjo terjadi pada Mei, lebih mundur ketimbang di Wonogiri yang terjadi pada April.

Persoalan waktu dan ketersediaan air akan menentukan pilihan petani adalah apakah akan tetap menanam dengan ancaman puso atau memang tidak bisa menanam sama sekali.

Harga Sayuran Di Wonogiri Naik Picu Inflasi, Yuk Tanam Sendiri Di Rumah

Berkaca pada kondisi itu, apakah produksi padi Sukoharjo pada 2020 berpotensi turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya