SOLOPOS.COM - Ilustrasi Toyota (JIBI/Harian Jogja/Dok)

 

Harianjogja.com, KARAWANG — PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memperkirakan tingkat produksinya bakal sedikit menurun seiring dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tapering off (penarikan stimulus) yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Soalnya kedua kebijakan tersebut akan berpengaruh cukup signifikan terhadap likuiditas masyarakat.

“Terutama pembeli pemula atau orang yang baru pertama membeli mobil,” tutur Bob Azam, Direktur PT TMMIN, kepada detikoto di Toyota Learning Center, Karawang, Jawa Barat, Rabu (23/09/2014).

Kemampuan likuiditas para calon pembeli itu sangat sensitif dikarenakan 80 persen dari mereka membeli mobil secara kredit.

“Paling kurang dari 10 persen (penurunan produksi TMMIN),” ucap Bob.

Sementara dengan kenaikan inflasi lembaga pembiayaan baik bank maupun non bank sangat berpotensi menaikkan suku bunga pinjaman. Terlebih dengan adanya tappering off pemerintah Negeri Paman Sam, gelontoran dana segar dari negeri itu juga akan seret.

Saat ini kapasitas terpasang TMMIN mencapai 250 ribu unit dan telah terpakai 210 ribu unit dan produksi engine 200 ribu unit. Dari jumlah produksi tersebut, 50 persen diantaranya diekspor.

“Sebab TMMIN merupakan basis produksi untuk wilayah Asia – Pasifik,” kata Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya