Jakarta (Solopos.com)–Rencana penurunan target produksi minyak RI dari 970.000 barel per hari (bph) menjadi 945.000 bph bakal mengurangi penerimaan pemerintah hingga Rp 7 triliun per harinya.
“Jika dari 970.000 bph diturunkan menjadi 945.000 bph. Maka ada selisih 25 ribu bph,” ujar Pri Agung, Pengamat Perminyakan dari ReforMiner Institute, Jakarta, Selasa (28/6/2011).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pri Agung menjelaskan, setiap produksi minyak berkurang 10.000 barel, maka potensi kehilangan penerimaan bagi negara bisa mencapai Rp 2,5 – Rp 3 triliun seharinya tergantung harga minyak dunia.
“Kalau misalnya sekarang tiap 10.000 barel setara dengan Rp 2,8 triliun, maka potensi kehilangan bagi negara bisa mencapai Rp 7 triliun sehari,” jelas Pri Agung.
Seperti diketahui, pada 2011 ini pemerintah menentukan target untuk produksi minyak sebesar 970.000 bph. Sejauh ini produksi minyak yang dihasilkan masih jauh mencapai target, yakni dalam kisaran 906.000 bph.
Kekurangan target tersebut sejauh ini diakibatkan oleh gangguan alam, cuaca ekstrem, hingga unplanned shutdown. Ditambah pula dengan adanya decline rate (penurunan) potensi minyak di sumur-sumur yang ada, sehingga produksi minyak terganggu.
Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) menyampaikan, pihaknya kemungkinan merubah target pencapaian produki minyak dari 970.000 bph menjadi 945.000 bph. Menurut mereka, sampai jelang pertengahan tahun ini, maka akan sulit bagi pemerintah untuk mencapai rata-rata produksi sebesar 970.000 bph.
(detik.com/tiw)