SOLOPOS.COM - Pekerja industri mebel rotan di Bandung, Senin (5/1/2015). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Pekerja menyelesaikan proses pembuatan produk kerajinan dari rotan di kawasan sentra rotan Jl. Soekarno-Hatta, Bandung, Jawa Barat, Senin (5/1/2015). Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (Amkri) menyebutkan capaian kinerja mebel sebesar US$2 miliar pada tahun 2014 lalu, harus terbuang 35% atau sekitar US$700 juta untuk membayar komponen yang didatangkan secara impor. Komponen penunjang produksi yang diimpor tersebut antara lain cat untuk finishing, bahan kulit untuk permukaan sofa, engsel serta abrasif untuk penghalus, kayu khusus sejenis oak serta pinus, dan pelbagai bagian lainnya. (Rachman/JIBI/Bisnis)

Pekerja industri mebel rotan di Bandung, Senin (5/1/2015). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Produksi mebel terus diupayakan mampu memenuhi pasar lokal dan luar negeri. Sayangnya pengusaha mebel saat ini masih kesulitan bahan baku rotan

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Kanalsemarang.com, SEMARANG- Asosiasi Mebel Kayu dan Rotan Indonesia menyatakan pengusaha mebel kesulitan memperoleh bahan baku rotan padahal permintaan pasar asing terhadap produk kreatif tersebut semakin tinggi.

“Selama ini memang sektor rotan di Indonesia belum tertangani dengan maksimal, baik dari sisi permintaan dan pengadaan barang khususnya bahan baku,” kata Ketua Bidang Sertifikasi dan Regulasi AMKRI Pusat Wiradadi Soeprayogo di Semarang seperti dikutip Antara, Kamis (14/5/2015).

Menurut dia, yang saat ini menjadi kendala adalah dari puluhan jenis rotan yang terdapat di hutan Indonesia, hanya belasan saja yang bisa diterima oleh industri. Bahkan, beberapa waktu lalu, hanya sekitar 14-15 jenis rotan yang bisa diterima oleh industri.

Pertimbangan industri sendiri mengambil jenis-jenis tertentu karena kualitas dari bahan baku rotan tersebut. Ada jenis rotan yang dari sisi kekuatan serat lebih baik dibandingkan dengan jenis yang lain.

Oleh karena itu, jika sebelumnya para petani cenderung tidak memilih jenis rotan yang diambil saat di hutan, kondisi berbeda terjadi setelah industri bersikap untuk membatasi jenis bahan baku rotan yang masuk.

“Akibatnya petani hanya mengambil rotan yang diinginkan oleh industri. Lama-kelamaan bahan baku berkurang karena mencari jenis rotan yang diinginkan industri tidak lagi mudah,” katanya.

Di sisi lain, ekspor rotan tidak ditentukan oleh jenis bahan baku. Bagi orang awan, mereka tidak melihat ada perbedaan bahan baku rotan yang digunakan pada produk jadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya