Solopos.com, WONOGIRI—Usaha budidaya ikan nila di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri mulai membaik dari sisi produksi, sejak akhir Desember 2021 lalu. Kendati demikian, petani ikan belum bisa memperoleh keuntungan maksimal karena harga pakan ikan naik tanpa disertai kenaikan harga jual ikan.
Petani ikan di WGM, Sugiyanto, saat berbincang dengan Solopos.com di Kabupaten Wonogiri, Senin (24/1/2022), mengatakan bisnis budidaya ikan membaik dari sisi produksi. Dia memiliki lebih kurang 80 petak karamba.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Sebulan ini produksi ikan di karambanya naik lebih kurang 10 ton dari semula 20 ton menjadi 30 ton. Dia meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang naik sejak menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) lalu.
Baca Juga: Nelangsa, Nelayan WGM Wonogiri Sambat Tangkapan Ikan Turun Drastis
Sugiyanto memasarkan ikan hasil budidayanya ke pengepul di sejumlah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pengepul menjualnya ke warung-warung makan, termasuk warung dekat kampus.
“Kalau dari sisi produksi naik, karena permintaan pasar juga naik. Kemungkinan ini karena kondisi sudah membaik, sehingga ekonomi juga mulai bergerak. Mahasiswa di berbagai perguruan tinggi sudah masuk kuliah. Tingkat konsumsi ikan naik, sehingga permintaan naik,” ucap Sugiyanto yang juga Ketua Paguyuban Petani Ikan Nila Kencana itu.
Meski naik, tetapi kapasitas produksi di karamba Sugiyanto belum pulih. Kapasitas produksi di karamba Sugiyanto pada kondisi normal atau sebelum pandemi Covid-19 minimal 50 ton/bulan. Dia optimistis tren produksi akan positif.
Baca Juga: Duh, WGM Wonogiri Terancam Rusak Gegara Pukat Harimau
Dia mensyukuri Kondisi sekarang sudah jauh lebih baik dari pada saat penularan Covid-19 belum terkendali. Saat ekonomi anjlok akibat dampak pandemi Covid-19 produksi di karamba Sugiyanto hanya tinggal 20 ton/bulan.
“Waktu itu [saat penularan Covid-19 masih tinggi] sangat memprihatinkan. Karena permintaan turun otomatis produksi saya turunkan. Banyak karamba yang saya kosongi,” ulas pemilik rumah makan olahan ikan nila dekat WGM itu.
Walaupun produksi naik Sugiyanto belum memperoleh keuntungan yang maksimal. Sebab, harga beli pakan ikan dari waktu ke waktu naik, tetapi tanpa dibarengi kenaikan harga jual ikan.
Baca Juga: Paceklik, Nelayan WGM Wonogiri Pasrah Jaringnya Kosong
Harga pakan ikan saat ini tercatat Rp320.000/sak kapasitas 30 kg. Jika dikalkulasi, saat harga pakan ikan Rp320.000/sak mestinya harga jual ikan dari petani sudah menjadi Rp26.000-Rp27.000/kg.
Apabila hal itu terjadi petani ikan bisa memperoleh untung maksimal. Namun, faktanya harga jual ikan dari petani ikan saat ini masih Rp25.000/kg.
“Idealnya kalau harga jual dari petani Rp25.000/kg, mestinya harga pakan Rp300.000/sak. Itu baru bisa memperoleh untung maksimal seperti saat sebelum ada pandemi Covid-19. Tapi nyatanya saat harga pakan terus naik, harga jual ikan enggak ikut naik,” ujar Sugiyanto.
Baca Juga: Revitalisasi WGM Wonogiri Mundur, Pedagang Malah Gembira
Alih Usaha
Petani ikan lainnya, Suryanto, mengaku mengalihkan usaha dari budidaya ikan nila konsumsi menjadi pembibitan ikan nila. Dia melakukan hal itu karena merasa tak sanggup lagi memenuhi kebutuhan pakan lantaran harga pakan saat ini sudah tinggi, sementara harga jual ikan masih tetap. Dia memiliki 32 petak karamba.
Saat masih budidaya ikan konsumsi dia harus membeli pakan tiga hingga empat sak/hari. Saat ekonomi turun akibat dampak pandemi Covid-19 dia tak sanggup jika harus memenuhi kebutuhan pakan itu.
Lalu dia bekerja sama dengan seseorang agar bisa mengalihkan usaha menjadi pembibitan nila yang kebutuhan pakannya minim. Pembibitan ikan hanya membutuhkan pakan kurang dari satu sak setiap hari.
Baca Juga: Petani Ikan WGM Tebar Ribuan Bibit Ikan di Waduk Pidekso Wonogiri
“Harga pakan ikan sekarang Rp326.000/sak. Petani ikan seperti saya enggak sanggup kalau harus penuhi kebutuhan pakan. Keuntungan usaha pembibitan enggak jauh beda dengan usaha budidaya ikan konsumsi. Jadi, saya memilih mengalihkan usaha menjadi pembibitan nila karena kebutuhan pakannya minim,” kata Suryanto.