SOLOPOS.COM - Beberapa nelayan di Pantai Congot, Temon, merapikan dan membersihkan jaring dari sampah-sampah yang tersangkut saat dipasang di tengah laut untuk menjaring ikan, Selasa (8/9/2015). (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S.)

Cuaca esktrem yang mengakibatkan arus laut menjadi susah diprediksi menjadi penyebab mereka kesulitan dalam menangkap.

Harianjogja.com, BANTUL-Genap sebulan nelayan pantai selatan Bantul mengalami paceklik. Cuaca esktrem yang mengakibatkan arus laut menjadi susah diprediksi menjadi penyebab mereka kesulitan untuk melaut.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Sadino, salah satu nelayan Pantai Samas mengakui, beberapa bulan terakhir, pertanda paceklik memang sudah mulai nampak. Mulai dari ketinggian ombak yang tak wajar, hingga hujan yang susah diprediksi datangnya menjadi kendalanya dalam mendapatkan hasil tangkapan.

Sebenarnya, jika intensitas hujan tinggi, pihaknya masih bisa mendapatkan tangkapan. Pasalnya, ketika hujan deras terjadi di tengah laut, ikan lebih banyak yang menepi. Namun dengan susah diprediksinya arus laut, maka posisi arah berenang ikan pun menjadi lebih susah diterka.

Saat kondisi cuaca normal, para nelayan biasa menangkap ikan dengan teknik menjaring. Tapi, kini diakuinya, para nelayan hanya bisa memancing. Jika dengan teknik menjaring para nelayan bisa mendapatkan hasil hingga 50 kilogram, dengan memancing, nelayan hanya bisa mendapatkan sekitar 30 kilogram saja. “Itu kalau kondisi cuaca normal lo. Kalau seperti ini, bisa dapat beberapa ekor saja sudah untung,” katanya saat ditemui di kediamannya, Jumat (25/11/2016) siang.

Memancing, tambah Sadino, juga lebih rumit ketimbang menjaring. Selain harus menuju lokasi yang jauhnya hingga 5 mil dari daratan, mereka pun harus berjuang keras memasang deretan kail pancing sepanjang hingga 1 kilometer.

Tak hanya itu, biaya operasional pun diakuinya jauh lebih tinggi memancing ketimbang menjaring. Jika menjaring di jarak yang sama, biaya operasional yang dikeluarkannya dalam sekali melaut hanya sekitar Rp200ribu, untuk memancing, bisa mencapai Rp300 ribu. “Jadi kalau dalam kondisi [cuaca] normal, kami bisa dapatkan pendapatan bersih minimal Rp500.000, sekarang banyak ruginya,” aku Sadino lagi.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul Yuswarseno. Kepada wartawan dirinya menjelaskan, sejak triwulan I 2016, hasil produksi tangkap memang cenderung mengalami penurunan. Selama Juli-September 2016, jumlah volume tangkapan nelayan Bantul tak lebih dari 8 ton saja.

Ia tak menampik, saat ini nelayan memang tengah mengalami paceklik tangkapan. Meski begitu, ia mengaku tak bisa berbuat banyak. “Karena penyebabnya adalah cuaca,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya