SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo (kanan) melihat proses panen raya padi di Trayu, Banyudono, Boyolali, Sabtu (29/10/2016). (Burhan Aris Nugraha//JIBI/Solopos)

Menteri Pertanian mengklaim tidak akan mengimpor beras setelah melihat data produksi beras 2016 surplus.

Solopos.com, JAKARTA — Ketika menyambangi salah satu kantor penelitian pertanian di Bogor, belum lama ini, senyum Menteri Pertanian Amran Sulaiman tiba-tiba mengembang. Seorang pegawai dari Balitbang Kementerian Pertanian melaporkan bahwa Vietnam dan Thailand tak akan mengeskpor lagi beras ke Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ini info bagus, Kementerian Pertanian telah menggelar rapat dengan otoritas pertanian di Thailand dan Vietnam. Mereka kaget produksi beras di Indonesia surplus dan menyatakan tak akan ekspor lagi beras ke Indonesia,” ujar Amran.

Amran memang tak sekali-dua kali mengklaim bawah produksi beras di Tanah Air surplus. Dia meyakini sederet program swasembada yang dilakukannya semenjak dia menjabat sebagai menteri akan berhasil.

Tahun ini, dia percaya diri betul tidak akan mengimpor beras dari negara manapun. Pasalnya, dia menilai petani di Indonesia sudah mampu meningkatkan produktivitasnya guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Amran menyatakan, dampak lanina dan elnino dua tahun ini membuat sejumlah negara di Asia, khususnya Asia Tenggara gagal panen. Kalaupun Indonesia membutuhkan beras impor, akan kesulitan mendapat stok beras karena negara-negara penghasil beras ini mengalami gagal panen.

Seharusnya, Indonesia mengimpor 16 juta ton beras pada 2016 jika elnino dan lanina melanda tanpa disertai peningkatan produksi beras. Namun di tengah gangguan iklim tersebut, Indonesia malah bisa meningakatkan produksi berasnya.

“Pada tahun lalu ada elnino dan lanina terparah sepanjang sejarah. Tapi karena kerja keras kita, kita tidak usah mengimpor beras,” katanya dalam kegiatan Percepatan Gerakan Tanam dan Panen Serentak Padi, Jagung, dan Kedelai 2017 di Soreang, Sabtu (21/1/2017).

Menurutnya, pada tahun lalu telah terjadi penurunan impor sebesar 66% untuk komoditas jagung yang bermakna petani nasional telah menyelamatkan stok devisa. Apabila beras, jagung, dan kedelai, tahun ini tercapai kembali, pada 2018 pun Indonesia tidak usah mengimpor ketiga komoditas andalan tersebut.

Melonjaknya produksi beras nasional melalui sejumlah program seperti pengadaan asuransi pertanian, pemberian bantuan teknologi, jaminan kerja bagi para petani dari pemerintah, penggunaan lahan tidur untuk pertanian, serta penggalangan para pemuda untuk masuk sektor pertanian.

Alat-alat pertanian yang digunakan para petani dari bantuan pemerintah ini, katanya, dibuat oleh anak bangsa. Dia mencontohkan traktor, traktor tangan, mesin panen, dan mesin tanam otomatis. Dalam lima tahun ke depan, katanya, alat dan mesin yang digunakan para petani berasal dari dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya