SOLOPOS.COM - Karya dari Rini Kartika Sari yang memadukan kain batik tulis Dan baju ready to wear dari kain yang diwarnai dengan teknik Shibori di The Phoenix Hotel, Jogja, Kamis, (12/5). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Rini berkomitmen untuk menghasilkan batik yang tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

Harianjogja.com, JOGJA-Kecintaan akan batik membawa Rini Kartika Sari menjadi seorang produsen batik sekaligus desainer. Mengusung brand Kembangtjelup, Rini berkomitmen untuk menghasilkan batik yang tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia melihat, permasalahan batik yang sering muncul adalah limbah. Pecinta batik sejak kecil ini kemudian memiliki komitmen untuk memproduksi batik tanpa menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. “Oleh karena itu, saya memakai pewarna alam untuk batik saya,” ujar dia ketika ditemui di The Phoenix Hotel, Jogja, Kamis (12/5/2016).

Bahan-bahan yang digunakan seperti kulit kayu dan kulit buah. Beberapa bahan bisa dia dapatkan dengan memesan dari pedagang di Pasar Beringharjo seperti kulit pohon mahoni. Dalam pembuatan kain, ia menggunakan teknik batik tulis untuk melestarikan warisan budaya. Untuk pewarnaan, ia menggunakan teknik Shibori yakni teknik pewarnaan dari Jepang.

Melalui kecintaan untuk melestarikan warisan budaya itu, ia bisa memberdayakan masyarakat di sekitar dan juga pelaku batik tulis. Ia memiliki empat karyawan pokok, tetapi ketika pesanan sangat banyak, ia bisa memberdayakan sekitar 20 ibu rumah tangga. “Saya juga ingin membantu mereka menambah penghasilan untuk membantu perekonomian keluarganya,” kata dia.

Setiap karyawan bisa membuat kain batik per bulan sekitar tiga lembar. Untuk total produksi sekitar 20 lembar kain batik tulis dan kain yang dibuat dengan teknik shibori. Waktu yang diperlukan untuk produksi selembar kain bisa sampai dua minggu karena perlu proses pencelupan lebih banyak jika ingin mendapatkan warna yang lebih tajam.

“Karakter pewarna alam itu warna-warnanya kalem. Jadi, kalau ingin warna yang ngejreng perlu pencelupan lebih banyak. Bisa sampai 10 kali,” kata dia.

Setiap lembar kain batik tulis yang dihasilkan ia jual dengan harga mula dari Rp700.000. Untuk kain batik tulis, ia belum membuat menjadi pakaian siap pakai karena menghargai esensi batik tulis yang merupakan warisan budaya. Untuk kain dengan teknik pewarnaan shibori, ia jual dengan harga mulai dari Rp400.000 per lembar. Selain itu, ia juga membuat pakaian ready to wear dari kain hasil teknik pewarnaan shibori yang dibanderol mulai dari Rp400.000.

Pemasaran produk mayoritas masih dilakukan di dalam negeri. Namun, ada pula pesanan dari luar negeri seperti Malaysia. Selain melirik pasar lokal, Rini juga mulai membidik pasar ekspor. Saat ini ia sedang mempersiapkan segala keperluan untuk bisa ekspor. Diharapkan, dua tahun kemudian ia sudah mulai bisa ekspor.

“Kalau untuk ekspor, tentunya produksi saya harus lebih banyak lagi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya