SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO—Produk kerajinan dan furnitur dalam negeri dianggap masih memiliki banyak kelemahan salah satunya desain yang sulit dipatenkan.

Demikian disampaikan Sekretaris Eksekutif Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Soloraya, Dibyo Sri Suryanto, di sela-sela Temu Konsultasi UMKM Bidang Kerajinan dan Furnitur, di Hotel Grand Setiakawan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (22/9).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Produk furnitur dan kerajinan itu mungkin termasuk produk yang paling banyak dijiplak. Karena, desain furnitur kalau dipatenkan, biaya akan terlalu mahal dan waktunya lama,” kata Dibyo. Menurut dia, mematenkan satu produk jika hanya menampilkan sedikit perbedaan, maka di pasaran tetap tidak akan terkenal.

“Tidak hanya sulit, untuk diangkat ke ranah hukum, juga sulit sekali membuktikannya.”

Ia menambahkan, desain produk furnitur dan kerajinan tangan ibarat buah simalakama. “Kalau punya desain kemudian dipamerkan, maka desain tiruannya langsung menjamur. Tapi, kalau tidak dipamerkan, produk tidak laku.” Produk kerajinan dan furniture yang berpotensi ekspor, menurutnya juga semestinya dipatenkan bukan untuk kepentingan perajin tetapi untuk mengamankan pembeli yang tidak ingin produk yang sudah dibelinya ternyata ada di mana-mana.

Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Urusan Fasilitasi Investasi UMKM, Kementrian UMKM, Abdul Karim menambahkan, Indonesia memiliki sumber daya baik bahan baku dan manusia yang sangat berlimpah untuk pengembangan industri kecil kerajinan dan furnitur. Namun, kata dia, permasalahan-permasalahan klasik tetap saja ditemui pelaku ini antara lain soal lemahnya sumber daya manusia, pemasaran dan pembiayaan.

“Artinya, kegiatan pengembangan usaha kerajinan dan furnitur ini belum maksimal. Padahal, furniture dan kerajinan menyerap banyak tenaga kerja,” kata Abdul.

Ia mencontohkan, Indonesia kaya sumber daya rotan. Kemudian, produk furnitur rotan itu banyak dipakai hotel dan rumah tangga di luar negeri. Begitu pula kayu jati, yang banyak dimanfaatkan pengusaha mebel di Solo dan Jepara. “Tapi, sekarang kita bisa lihat, di Jepara sudah banyak orang-orang asing yang jadi pengusaha mebel di Jepara. Orang pribumi hanya nonton saja.”(SOLOPOS/JIBI/haw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya