SOLOPOS.COM - Pito Cahyono menunjukkan celengan dan mangkok yang terbuat dari limbah batok kelapa Jumat (27/5/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Bagi kebanyakan orang limbah batok kelapa biasanya hanya berakhir di tempat sampah. Tetapi di tangan Pito Cahyono, batok kelapa bisa diubah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Pito merupakan pria asal Dusun Wetan Dalem, Carat, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pito mengubah batok kelapa menjadi berbagai perabotan rumah tangga, celengan, hingga pot bunga. Salah satu yang paling banyak dipesan yakni peralatan makan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pria berusia 35 tahun itu menceritakan sebelum dijadikan berbagai kerajinan tangan, batok kelapa tersebut terlebih dahulu disortir. Sebab, tidak semua batok kelapa bisa digunakan. Hal ini karena terkadang ada batok kelapa yang sudah busuk.

Bukan hanya itu, sortir dilakukan juga untuk menyesuaikan besaran batok kelapa. Besaran ukuran tersebut untuk menentukan barang apa yang bisa dibuat. Seperti untuk membuat cangkir, harus memakai batok khusus dan ukurannya pun lebih kecil.

Baca Juga: Pedagang Ponorogo Sayangkan Rencana Pencabutan Subsidi Migor Curah

‘’Kalau cangkir itu kan butuh batok yang ukurannya kecil dan harus pesan jauh-jauh hari,’’ ujarnya, Jumat (27/5/2022).

Pito mengatakan bahwa bahan baku untuk pembuatan cangkir cukup susah. Sebab, selama ini dia mengedepankan kualitas bahwa semua material pembuatannya menggunakan batok kelapa. Dia juga tidak menggunakan material tambahan untuk membuat gagang cangkir.

‘’Biasanya orang-orang memilih tangkai cangkir itu pakai kayu karena cukup susah buatnya, yapi kalau saya full batok,’’ jelasnya.

Baca Juga: Kreatif! Kelompok Pemuda di Ponorogo Raih Cuan dari Berkreasi di TikTok

Setelah menentukan batok yang bakal diolah, Pito terlebih dulu menghaluskannya. Setelah itu baru dibentuk dan diukir sesuai dengan pesanan.

Sebelumnya, ia membuatnya dengan manual tanpa mesin. Namun, untuk mempermudah serta mempercepat pesanan, dia mulai menggunakan bor duduk, bor tuner, dan gergaji

Dulu, dia membuatnya dengan manual tanpa alat khusus. Agar memudahkan dan mempercepat pembuatan, dia mulai memakai bor duduk, bor tuner, dan gergaji scroll saw.

‘’Sehari itu bisa buat sampai satu paket mangkok atau cangkir,’’ ujarnya.

Baca Juga: Mengenal Getuk Golan, Kudapan Khas Ponorogo yang Wajib Dicoba

Akhir-akhir ini Pito tengah menyelesaikan pesanan set yang berisi mangkok, sendok, cangkir, dan teko. Pesanan itu bakal dikirim ke Singapura, Tulungagung, dan Kertosono. Selama membuat olahan batok kelapa, dia pernah mengirim karyanya itu sampai ke Hongkong, Malaysia, dan Taiwan.

‘’Kebanyakan TKI yang bekerja di sana dan barangnya itu untuk oleh-oleh bosnya,’’ jelasnya.

Satu set cangkir dan teko itu dibanderol dengan harga kisaran Rp200.000 sampai Rp300.000. Untuk set yang dilengkapi dengan mangkok dan sendok dibanderol sampai Rp500.000 per set. Dia tidak menghitung omzetnya dalam sebulan lantaran membuatnya saat ada pesanan saja.

Bisnis Pito itu berawal dari ramainya batu akik pada tahun 2015. Saat itu, dia tidak punya dana untuk membeli cincinnya meski sudah punya batu. Akhirnya, dia mencoba membuatnya dari batok kelapa. Karena mulai ramai di kalangan teman-temannya, akhirnya ia kebanjiran pesanan.

‘’Dari ramainya pesanan itu mulai mencoba untuk buat produk lain dan bertahan sampai sekarang,’’ pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya