SOLOPOS.COM - Yoso Martono Suyadi, warga Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Sukoharjo, menunjukkan ramuan pengendalian hama tikus “Bioyoso” di halaman rumahnya, Selasa (30/4/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Tikus menjadi salah satu hewan yang jadi momok bagi para petani. Hewan pengerat ini menjadi salah satu hama yang bisa merusak tanaman padi, bahkan bisa menggagalkan panen.

Berangkat dari masalah tersebut, seorang pria bernama Yoso Martono Suyadi, warga Desa Tegalsari, Kecamatan Weru, Sukoharjo berupaya menciptakan ramuan pengendalli tikus berbahan alami. Pria berusia 72 tahun ini akhirnya bisa membuat ramuan yang bikin tikus mengalami kemandulan, gigi rontok, dan mati dalam kurun waktu dua pekan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Ramuan pengendali tikus ini diberi nama Bioyoso. Mengambil dari nama saya, Yoso. Ramuan ini ramah lingkungan karena bahan-bahannya alami, tidak dicampur obat kimia yang berpotensi mengganggu perkembangan tanaman padi dan ekosistem pertanian,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (30/4/2024).

Bahan-bahan alami itu terdiri dari umbi gadung, kulit batang kamboja, bekatul, ikan segar, dan ragi tape. Bahan-bahan itu dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil kemudian ditumbuk hingga halus selama 15 menit-20 menit. Ramuan yang sudah halus kemudian dibentuk bulat-buat kecil dan dijemur selama dua hari-tiga hari.

Ramuan Bioyoso yang sudah kering diletakkan di pinggir sawah atau jalur-jalur tikus di lahan pertanian. “Mengapa memakai ikan segar? Karena untuk memancing tikus agar memakan ramuan. Umbi gadung mengakibatkan kematian pada tikus. Sementara, kulit batang kamboja berkhasiat untuk merontokkan gigi tikus. Nah, ramuan ini tidak boleh bersentuhan langsung langsung dengan kulit tangan karena bisa mengurangi penciuman tikus,” ujar dia.

Tikus yang memakan ramuan Bioyoso tak langsung mati. Biasanya, efek ramuan itu muncul beberapa hari diawali dengan kerontokan gigi dan mati dalam kurun waktu dua pekan. Ramuan Bioyoso juga mengakibatkan kemandulan sehingga populasi tikus berkurang drastis.

Menurut Mbah Yoso, satu kilogram ramuan Bioyoso bisa digunakan di lahan pertanian seluas satu hektare. Banyak petani di Weru yang sudah membuktikan kehebatan ramuan Bioyoso untuk mengendalikan tikus.

“Ramuan Bioyoso juga dimintai para petani dari luar daerah, bahkan luar Jawa seperti Jambi, Padang, Lampung, dan Palu. Satu kilogram ramuan Bioyoso dijual Rp250.000. Bisa digunakan berkali-kali. Kalau ingin belajar membuat ramuan itu, silakan datang ke rumah saya. Saya bimbing hingga bisa membuat ramuan secara mandiri,” papar dia.

Inovasi ramuan pengendalian tikus ditemukan Mbah Yoso tidak melalui proses instan. Mbah Yoso melakukan uji coba berkali-kali sejak 2010. Kala itu, Mbah Yoso ingin mengurangi populasi tikus yang menyerang lahan pertanian di wilayah Weru tanpa merusak ekosistem pertanian.

“Bangkai tikus yang memakan ramuan Bioyoso hanya ada di lubang-lubang tanah. Tidak menyebar dimana-mana. Jika menggunakan obat kimia, biasanya bangkai tikus berserakan di jalan-jalan,” urai dia.

Berkat inovasi ramah lingkungan di sektor pertanian, Mbah Yoso menerima penghargaan dari Kementerian Pertanian (Kementan) pada 2022. Inovasi tersebut juga didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) untuk mendapatkan hak kekayaan intelektual (HKI).

Pada pekan lalu, Kemenkumham telah menerbitkan surat pencatatan ciptaan Bioyoso dengan nomor register 000590215. Sertifikat hak cipta diserahkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, kepada Mbah Yoso.

“Inovasi ramuan Bioyoso telah dipatenkan dengan terbitnya surat dari Kemenkumham. Ramuan pengendalian tikus ini mudah dibuat sendiri oleh petani karena berbahan alami,” kata Kepal Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo, Bagas Windaryanto.

Selain ramuan Bioyoso, pengendalian tikus dikolaborasikan dengan rumah burung hantu (rubuha) untuk menjaga ekosistem di lahan pertanian. Sehingga, Sukoharjo sebagai daerah lumbung padi di Jawa Tengah mampu menjaga produktivitas padi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya