SOLOPOS.COM - Aksi unjuk rasa yang terjadi di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta beberapa waktu lalu untuk mengecam film yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Aksi unjuk rasa yang terjadi di depan Kedutaan Besar AS di Jakarta beberapa waktu lalu untuk mengecam film yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad SAW. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

NEW YORK – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Sidang ke-67 Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa waktu setempat menyerukan perlunya protokol internasional antipenistaan agama guna mencegah konflik dan menjaga perdamaian dunia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Instrumen ini, yang merupakan produk dari konsensus internasional, harus dapat menjadi referensi yang dipatuhi oleh komunitas dunia,” kata Presiden yang berpidato di hari pertama sidang tersebut bersama dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Prancis Francois Hollande.

Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa sebagai sebuah negara yang menghormati keberagaman budaya dan agama, Indonesia menyeru penghormatan dan pemahaman yang sama dari kelompok-kelompok keyakinan yang berbeda. Ia menilai, sekalipun ada sejumlah inisiatif yang dilakukan oleh beberapa negara di PBB dan sejumlah forum lain, pelecehan terhadap agama-agama di dunia tetap terjadi.

“Dalam hal ini kita menyaksikan kembali wajah jelek dari bentuk penistaan agama dalam film Innocence of Muslims yang saat ini menyebabkan keresahan internasional,” katanya. Presiden menggarisbawahi bahwa Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia telah menjelaskan bahwa dalam menjalankan kebebasan berekspresi setiap orang harus mematuhi moralitas dan ketertiban publik.

“Jadi kebebasan berekspresi tidak absolut,” tegas Presiden.

Selain menyerukan perlunya protokol internasional anti-penistaan agama, Presiden juga mengatakan bahwa dunia internasional perlu untuk mempromosikan proses dialog di antara umat beragama, peradaban dan kebudayaan.

Namun, tambah Presiden, dialog itu jangan hanya berhenti pada dialog tetapi juga diterjemahkan ke kerja sama nyata sehingga individu dari beragam agama dan budaya dapat bekerja sama dan saling peduli. “Komunitas-komunitas itu akan menjadi benteng bagi perdamaian sehingga akan sulit atau bahkan mustahil untuk munculnya konflik senjata dalam bentuk apapun,” katanya.

Selain melanjutkan proses dialog antar-agama, menurut Presiden, hal lain yang perlu dikembangkan adalah diplomasi preventif. “Hampir semua sengketa pada dasarnya sulit diselesaikan mereka tumbuh sebagai sesuatu yang nampak abadi namun sejarah membuktikan berbeda. Cepat atau lambat, akan terdapat pertemuan berbagai faktor yang akan menciptakan peluang untuk menyelesaikan sengketa dan menghilangkan konflik,” kata Presiden.

Presiden Yudhoyono merupakan kepala negara kesembilan yang berpidato pada hari pertama sesi debat Majelis Umum tersebut. Selama 15 menit ia mengemukakan pandangan dan pengalaman Indonesia terkait upaya penyelesaian konflik secara damai, terutama selaras dengan keberhasilan ASEAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya