SOLOPOS.COM - Chicco Jerikho merayakan Hari Kopi Sedunia bersama Presiden Jokowi (Instagram @chicco.jerikho)

Presiden Jokowi meminta agar pebisnis tak hanya menanam kelapa sawit, tapi juga bergeser ke kopi dan coklat.

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan mengenai kemunculan era gaya hidup di samping era digital yang potensinya bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Presiden mengatakan banyak pelaku usaha yang tidak sadar dirinya sudah mengarah ke era gaya hidup tersebut. Ratusan juta penduduk di China, India, kawasam Amerika Selatan, dan kawasan Afrika, saat ini dalam proses naik kelas untuk menjadi konsumen golongan kelas menengah (middle class).

Ekspedisi Mudik 2024

“Ini kan masalah peluang, dan ratusan juta penduduk sedang dalam proses untuk bergabung ke global middle class. Ini peluang bisnis besar, jangan sampai dilewatkan, jangan kita gagal menggarapnya,” kata Presiden Jokowi dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kadin Indonesia, Selasa (3/10/2017).

Menurutnya, Indonesia sudah mempunyai potensi dan kekuatan dalam wujud UKM maupun pengusaha besar. Pihaknya mengingatkan jangan sampai justru negara tetangga yang mampu memanfaatkan potensi tersebut.

“Ini cepat-cepetan, yang menggarap duluan dia akan dapat. Jadi kita harus tahu lifestyle industri ini apa,” ujarnya.

Presiden Jokowi menjelaskan salah satu bagian penting dari lifestyle industry adalah lifestyle commodity. Tanah Air memiliki keunggulan komoditas kopi dan kakao yang mempunyai pertumbuhan permintaan tinggi.

Indonesia, lanjutnya, merupakan produsen kopi tertinggi keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Padahal, untuk mencapai peringkat pertama tidak sulit, cukup memanfaatkan lahan Indonesia yang masih luas. “Jangan ditanami sawit terus, adalah [untuk] kakao, kopi, dan lada,” tuturnya.

Tingginya permintaan kopi maupun kakao, imbuhnya, diimbangi dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah warung kopi di dunia. Indonesia sendiri mencatat pertumbuhan hingga 20%.

Sayangnya, hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas komoditas. Presiden menyebut tidak adanya program peremajaan tanaman kopi, pendampingan pascapanen, sekolah mengenai kopi, hingga pendidikan barista.

Ini, baru bicara kopi, belum kakao, [atau] kelapa. Kelapa yang sudah ekspor, sekarang ini sangat dicari airnya. Dulunya saya enggak pernah minum, sekarang minum seminggu tiga kali, terutama kelapa hijau,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya