SOLOPOS.COM - Foto aerial Jakarta yang diambil pada 2019. (NASA)

Solopos.com, BANDUNG – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyinggung potensi Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun mendatang. Hal itu dikatakan Joe Bidden saat pidato kenegaraan baru-baru ini soal perubahan iklim.

Pakar Geologi dari Universitas Padjdjaran (Unpad) Bandung, Dicky Muslim, menilai pernyataan Presiden AS terkait masa depan Jakarta sudah tepat.

Promosi Sukomulyo Gresik Pemenang Desa BRILiaN Kategori Pengembangan Wirausaha Terbaik

“Joe Biden sudah tepat mengingatkan. Saya pribadi sih bersyukur, jadi diingatkan bersama bahwa ada masalah lo dengan Jakarta,” ungkap Dicky melalui sambungan telepon selulernya, Sabtu (31/7/2021).

Baca Juga: Tunggu Aturan Resmi Umrah dari Arab Saudi, Indonesia Prioritaskan Penanganan Covid-19

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Wilayah Jawa Barat dan Banten itu pun yakin, pesan yang disampaikan Joe Biden tersebut telah melalui sebuah kajian. Artinya, Joe Biden tidak asal-asalan dalam menyampaikan pernyataannya itu.

“Tentu Presiden Amerika akan bertanya dulu dalam menyiapkan pidatonya. Dia kan tidak menyoroti Jakarta saja kan dalam pidatonya, tetapi masalah global, pemanasan global. Jakarta menjadi contoh karena ada informasi kepada Beliau tentang Jakarta,” tutur Dicky.

Terlepas dari pernyataan Joe Biden, lanjut Dicky, Jakarta dan sejumlah wilayah pesisir pantai utara memang tengah mengalami penurunan tanah yang lebih cepat berdasarkan kajian geologis, salah satunya akibat ekstraksi air tanah.

Baca Juga: Politikus PDIP Salahkan Jokowi soal Jebakan Pandemi, Andi Arief: Pendukung Pemerintah Mulai Sadar

 

Lebih Cepat

“Kalau istilah saya di kelas itu bunuh diri pelan-pelan. Airnya diambil pelan-pelan dan masyarakat serta pemerintah seakan tak peduli (dengan kondisi penurunan tanah),” sesalnya.

Bahkan, kata Dicky, penurunan tanah lebih cepat di kawasan Jakarta, termasuk daerah-daerah di pesisir pantai utara sudah diprediksi terjadi sejak 10 tahun silam yang mengacu pada hasil studi geodesi, sedimentasi dan tata ruang.

“Berdasarkan studi geodesi, sedimentasi, dan tata ruang, memang sejak 10 tahun lalu sudah diprediksi penurunan permukaan lebih intensif itu bakal terjadi. Kondisi diperparah dengan pengambilan air, iklim, air laut naik, sehingga persoalannya makin kompleks,” papar Dicky.

Baca Juga: Kota Surabaya Berduka, 2 Anggota DPRD Meninggal karena Covid-19

Dicky menjelaskan wilayah Jakarta dan sejumlah daerah di pesisir pantai utara memang rawan terjadi penurunan tanah lebih cepat karena berada di zona pedataran aluvium pantai. Zona ini merupakan pantai yang dinamis yang terbentuk dari material aluvium dimana terdapat titik-titik pendangkalan dan pengerosian.

“Istilah pedataran aluvium pantai ini sudah diteliti seorang profesor Belanda sejak zaman penjajahan dulu. Ini merupakan pantai yang dinamis, di mana terdapat titik-titik pendangkalan, tetapi ada juga titik-titik yang mengalami pengerosian. Sementara pantainya terus bergerak karena dinamis dan di sisi lain karena penuh dengan aluvium, itu belum padu, belum kompak materialnya,” ujarnya.

“Lalu di atasnya diisi oleh manusia. Di bawahnya, karena umumnya berada di kawasan delta sungai dan dia [materialnya] belum kompak, maka diisi oleh air. Lalu, airnya diambil terus, maka menjadi kosong dan akhirnya lambat laun akan amblas,” sambung Dicky.

Baca Juga: Lewis Hamilton Rebut Pole Position F1 GP Hungaria 2021

 

Momentum Tepat

Oleh karenanya, lanjut Dicky, secara geologis, pedataran aluvium pantai merupakan wilayah yang rawan terjadi penurunan tanah lebih cepat. Terlebih, pembangunan kerap tidak memperhatikan faktor lingkungan.

“Misalnya ada sungai diurug, danau diurug untuk pembangunan, padahal itu tempat air, akhirnya banjir,” imbuh Dicky seraya menambahkan bahwa potensi penurunan tanah lebih cepat juga diperparah dengan mencairnya es di wilayah kutub sebagai dampak pemanasan global hingga membuat muka air laut naik.

Lebih lanjut Dicky mengatakan pernyataan Joe Biden terkait masa depan Jakarta yang kini menyita perhatian publik tersebut sebenarnya menjadi momentun tepat untuk menyadarkan masyarakat terkait ancaman penurunan tanah lebih cepat, khususnya di Jakarta.

Baca Juga: Klasemen Medali Olimpiade Tokyo 2020, Sabtu 31 Juli 2021: Indonesia Terlempar ke Posisi 53

“Masyarakat harus sadar, contoh sederhana jangan membuang sampah, mengambil air tanah secara besar-besaran. Masyarakat harus peduli bersama-sama. Katanya masyarakat kita gotong royong, tepo seliro, tapi untuk urusan begini kayanya masih belum. Ini momentum tepat untuk menyadarkan masyarakat,” tegasnya.

Dicky kembali menekankan untuk mengatasi persoalan ini tidak cukup hanya dengan regulasi. Bahkan, Dicky menyebut kesadaran masyarakat menjadi poin besar dalam penanganan masa depan Jakarta yang diprediksi bakal tenggelam itu.



“Ini poin besarnya bukan kebijakan pemerintah. Gak bisa diregulasi, tapi butuh tatanan praktis,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya