SOLOPOS.COM - Ilustrasi wujud virus corona. (Reuters)

Solopos.com, JAKARTA -- Prediksi jumlah kasus positif corona atau Covid-19 Indonesia menunjukkan akan ada lonjakan signifikan pada pertengahan April 2020. Ini muncul dalam pemodelan dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bahkan, diprediksi bakal ada lebih dari 8.000 kasus positif virus corona sebulan ke depan. Itu pun kalau Indonesia melakukan pencegahan yang baik seperti Korea Selatan, dengan menerapkan deteksi dini dan pembatasan orang berkumpul.

Promosi BI Rate Naik Jadi 6,25%, BRI Optimistis Pertahankan Likuiditas dan Kredit

Sementara itu fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga medis tidak mencukupi. Sedangkan imbauan untuk menjauhi kerumunan tak dihiraukan banyak orang.

"Jika pencegahannya tidak ditekan bisa lebih buruk dari prediksi 8.000 kasus. Ini belum sampai satu minggu dari hasil riset dikeluarkan (15 Maret 2020), angka kasus sudah dua kali lipat," kata Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Nuning Nuraini, kepada BBC yang dikutip Suara.com, Rabu (18/3/2020).

Nuning bersama tim Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi ITB memprediksi puncak kasus di Indonesia akan terjadi pada pertengahan April 2020. Prediksi itu muncul dalam makalah bertajuk "Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika".

Prediksi ini didapat menggunakan permodelan Kurva Richard yang terbukti cukup baik menentukan awal, puncak, dan akhir endemik SARS di Hong Kong pada 2003.

Model tersebut dinilai mampu menggambarkan dinamika penderita COVID-19 pada setiap negara yang dianalisis.

Dia menjelaskan, para pakar menggunakan beragam indikator seperti laju awal pertumbuhan orang per-hari, asumsi batas atas penderita atau dikenal sebagai carrying capacity, dan akumulasi kasus yang terkonfirmasi bisa dengan atau tanpa gejala.

Merujuk Korsel

Mereka merujuk permodelan Korea Selatan karena batas kesalahan atau margin of error paling kecil dibandingkan negara lainnya. Korea Selatan bisa mencapai level itu karena melakukan 10.000 tes setiap harinya dan menerapkan pembatasan sosial.

"Kalau pencegahan tidak bagus, kasusnya bisa lebih buruk. Jadi pada April kasus belum habis tapi semakin lama," ujarnya.

Per Kamis (19/3/2020) kemarin, jumlah kasus virus corona meningkat sebesar 36,1 persen dibanding hari sebelumnya. Kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 309 kasus, 25 pasien meninggal dan 15 orang sembuh. Hari ini, Jumat (20/3/2020), jumlah total kasus naik menjadi 369 orang.

Menanggapi prediksi jumlah kasus Covid-19 Indonesia akan mencapai lebih dari 8.000, pemerintah tak merespons secara tegas. Juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan pemerintah tetap fokus pada langkah-langkah dalam mengatasi penyebaran Covid-19.

Sementara itu, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Agus Dwi Sutanto, menyebutkan peralatan kesehatan di rumah sakit rujukan penanganan virus ini tidak cukup.

Ketersediaan peralatan seperti alat bantu nafas, ventilator, dan alat bantu diagnostik virus makin menipis. Saat artikel ini ditulis, rumah sakit menangani 24 pasien yang diisolasi.

6 Indikator

Ada beberapa indikator yang membuat prediksi jumlah kasus Covid-19 di Indonesia melonjak menjadi 8.000 orang pada April. BBC Visual Journalism menganalisis enam indikator infrastruktur dan sumber daya manusia pada sistem kesehatan di Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, China, dan Singapura.

Keenam indikator meliputi jumlah kasur, jumlah kasur darurat (ICU), jumlah dokter, jumlah perawat, deteksi dini, dan pengeluaran kesehatan per kapita. Dari enam indikator, Indonesia menunjukkan ketidaksiapan dalam penanganan Covid-19.

Dibandingkan dengan negara lainnya, Korea Selatan menjadi paling unggul dengan ketersediaan jumlah kasur di rumah sakit mencapai 11,5 per 1.000 penduduk.

Sementara di Indonesia menjadi yang terburuk karena hanya mampu menyediakan satu kasur per 1.000 penduduk. Di Malaysia, setidaknya ada dua kasur per 1.000 penduduk yang siap di seluruh negeri.

Ketersediaan dokter di Indonesia juga minim, per 1.000 penduduk hanya ada 0,4. Atau dengan kata lain, hanya empat dokter yang menangani 10.000 orang. Sementara di Korea Selatan, paling tidak dua dokter yang menangani 1.000 orang.

Dibandingkan negara lainnya, Indonesia masih lemah di bidang ketersediaan perawat dan bidan, hanya ada dua per 1.000 penduduk. Di Malaysia, ada empat perawat dan bidan untuk jumlah orang yang sama.

Deteksi Dini Lemah

Persoalan lain yang membuat prediksi jumlah kasus Covid-19 Indonesia melonjak adalah deteksi dini yang lemah. Hingga 17 Maret, jumlah spesimen di Indonesia 1.255 orang atau hanya 0,5 per 100.000 penduduk. Dibandingkan dengan Malaysia, mereka mampu menguji 31 orang per 1.000 penduduk.

Sementara di Korea, yang menyebabkan deteksi kasus dan lonjakan tinggi adalah deteksi dini yang mencapai 295.647 orang per 17 Maret 2020. Artinya, per 100.000 penduduk, mereka berhasil menguji 577 orang. Pengujian di Korea justru semakin mudah. Orang dapat melakukannya dengan sistem lantatur (layanan tanpa turun).

Jurnalis BBC News Laura Bicker dalam laporannya menyebutkan, warga Korea Selatan, Rachel Kim, melakukan uji Covid-19 di tempat pengambilan sampel di Seoul. Kim hanya cukup mencondongkan wajahnya keluar dari mobil, untuk pengambilan sampel cairan dan dahak dari dalam mulut dan tenggorokannya.

Hasil lab tersebut diterima Kim sehari setelahnya melalui pesan ke ponsel: Kim negatif Covid-19. Sedangkan di Indonesia, pengujian dilakukan di rumah sakit rujukan dan belum ada mekanisme lantatur.



Merujuk protokol kesehatan, pengujian dilakukan terhadap suspect atau orang yang menunjukkan gejala demam mencapai 38 derajat, batuk, pilek, dan susah bernafas. Suspect dirujuk ke rumah sakit yang siap menangani Covid-19 menggunakan ambulans didampingi tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD).

Kemudian, sampel pemeriksaan laboratorium akan diambil sementara orang tersebut diisolasi. Spesimen akan dikirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta dan hasil pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam setelah spesimen diterima.

Untuk mereka yang tidak menunjukkan gejala maka akan dirawat inap sebagai pasien biasa. Dengan prediksi yang mencapai ribuan serta alat kesehatan yang minim dan pendeteksian dini yang lemah, Nuning menyampaikan perlunya kesadaran diri dari setiap orang terhadap pencegahan.

"Untuk mencegah dan menekan angka, sebaiknya melakukan social distancing. Itu pesan utamanya, menjaga jarak dan mengurangi bepergian," kata Nuning.

Pemerintah Perluas Tes Cepat

Apa yang ada dalam prediksi jumlah kasus Covid-19 Indonesia ini seharusnya disadari oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan tes cepat secara luas dalam upaya mendeteksi penyebaran virus corona. Alat-alat tes juga diharapkan dapat diperbanyak dengan segera dan tersedia secara luas di sejumlah fasilitas kesehatan.

"Saya minta alat-alat rapid test terus diperbanyak. Juga memperbanyak tempat-tempat untuk melakukan tes dan melibatkan rumah sakit baik milik pemerintah, BUMN, Pemda, TNI dan Polri, swasta, serta lembaga-lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan," kata Jokowi saat memimpin rapat terbatas terkait wabah Covid-19 Kamis (19/03).

Ia juga memerintahkan otoritas terkait untuk menyederhanakan protokol kesehatan agar lebih dipahami masyarakat.

"Penyiapan protokol kesehatan yang alurnya jelas, sederhana, dan mudah dipahami. Ini penting sekali terkait dengan hasil rapid test, apakah dengan karantina mandiri ataupun memerlukan layanan rumah sakit," ujarnya.

Untuk mendukung hal itu, Jokowi juga meminta kesiapan layanan rumah sakit rujukan yang telah ditunjuk pemerintah serta melakukan persiapan bagi rumah sakit lainnya apabila diperlukan.

Ia menyebut fasilitas wisma atlet di Kemayoran maupun hotel-hotel milik BUMN yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pelayanan kesehatan dan karantina. Termasuk percepatan pembangunan rumah sakit di Pulau Galang di Kepulauan Riau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya