SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

TOULOUSE--Polisi Prancis menangkap sekitar 20 tersangka militan Islam dalam penggerebekan pada Jumat (30/3/2012) dini hari. Sebagian para tersangka berasal dari kota kelahiran Mohamed Merah, pelaku penembahan massal yang tewas ditembak polisi pekan lalu.

Para agen intelijen domestik Prancis, DCRI, telah diterjunkan ke Toulouse, sebuah kota di selatan Prancis, untuk melakukan aksi sapu bersih dan penangkapan, hanya sehari setelah pemakaman Merah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Penangakapan itu tak terkait dengan inestigasi Merah, tapi bertujuan membongkar jaringan kelompok Islam,” ujar seorang sumber yang dekat dengan agen intelijen, seperti dilansir yahoonews. Selain di Toulouse, sejumlah penangkapan juga menargetkan tersangka di Nantes, kota di Prancis barat.

Penangkapan ini dilakukan menyusul teror Merah, 23, yang terinspirasi Al Qaeda dengan melakukan pembunuhan terhadap tiga orang tentara, tiga anak dan seorang guru Yahudi, sebuah aksi yang mengejutkan Prancis. Merah sendiri tewas ditembak
polisi dalam sebuah pengepungan di apartemennya pada Kamis (22/3/2012) lalu.

Selain telah memburuh Merah, pihak berwenang Prancis kini memfokuskan penyelidikan terhadap saudaranya, Abdelkader, dengan tuduhan keterlibatan dalam serangan itu, erta mencari para kaki tangan lainnya. Pada Kamis (29/3), polisi Prancis juga melarang empat ulama Muslim, Ayed bin Abdullah al-Qarni dan Abdullah Basfar dari Arab Saudi, Safwat al-Hijazi dari Mesir, serta Akrama Sabri dari Yerusalem, untuk memasuki negeri itu untuk menghadiri sebuah konferensi Islam.
Larangan dikeluarkan karena khotbah-khotbah mereka dituduh menyebar kebencian dan menghasut terjadinya kekerasan sehingga mengancam ketertiban umum.

“Posisi orang-orang ini dan pernyataan mereka yang menyerukan kebencian dan kekerasan, merusak prinsip-prinsip republikan dan dalam konteks saat ini merupakan ancaman serius terhadap ketertiban umum,” bunyi pernyataan Menlu Negeri Alain Juppe dan mendagri Claude Gueant.

Sementara Presiden Nicolas Sarkozy mengatakan, Prancis telah terguncang akibat penembakan massal itu dan bahkan menyamakannya dengan trauma serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS).

“Apa yang harus dipahami adalah, trauma Montauban dan Toulouse adalah besar bagi negara kami, sedikitnya – Saya tidak ingin membandingkan kengeriannya – seperti trauma yang menyelimuti AS dan New York setelah serangan 11 September 2001,” katanya kepada radio Europe 1.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya