Solopos.com, SOLO — Keterbatasan jumlah pengajar pramuka berlisensi dinilai menghambat pengembangan kegiatan kepemudaan tersebut. Minimnya pengajar menyebabkan tak semua sekolah menerapkan pendidikan pramuka dengan baik.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Menurut Kabid Pemuda Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Kelik Isnawan, sangat sedikit pengajar pramuka yang telah memiliki lisensi kepelatihan. Padahal, lisensi tersebut penting sebagai modal menjadi tenaga pendidik pramuka.
“Tidak semua orang bisa menjadi pelatih pramuka. Mereka wajib memiliki lisensi kepelatihan mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan,” ujarnya kepada wartawan di Banjarsari, Minggu (11/8/2013).
Kelik mengatakan, minimnya sumber daya manusia (SDM) pelatih mengakibatkan tak semua jenjang sekolah terpapar pendidikan pramuka. Menurut Kelik, idealnya pramuka diberikan mulai SMP kelas 1-3 dan SMA/SMK kelas 1-3. Keterbatasan di lapangan mengakibatkan sekolah acapkali hanya menunjuk siswa kelas tertentu untuk mengikuti pramuka.
“Akhirnya kami menyerahkan sekolah untuk mengatur jadwal kegiatannya masing-masing. Termasuk siswa kelas berapa saja yang wajib mengikuti pramuka,” tutur Wakil Ketua Binaan Muda Kwarcab Pramuka Solo itu.
Selain problem SDM, pihaknya menyoroti penyediaan alat-alat pramuka yang kadang terkendala. Terlepas berbagai masalah, Kelik mendorong sekolah tetap menyertakan pramuka dalam kurikulum pendidikannya. Kelik mengatakan pramuka penting untuk membentuk sikap positif dan penyelesai masalah. Terlebih, kewajiban pramuka masuk kurikulum telah tertuang dalam isi kongres dan organisasi itu.
“Pramuka dapat mengasah tenggang rasa, disiplin, kerja sama, musyawarah dan menghargai perbedaan,” urainya.