SOLOPOS.COM - Alies Sri Lestari (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pramuka sering dipahami sebagai selalu yang terdepan atau pionir. Sedangkan pandu, terjemahan dari scout yang merupakan gagasan dari Robert Baden-Powell, sering dipahami sebagai orang yang senantiasa memandu atau menolong orang lain.

Gagasan mulia tersebut selaras dengan tema Hari Pramuka ke-60 yaitu Berbakti Tanpa Henti dalam Memasuki Adaptasi Kebiasaan Baru dengan Kedisiplinan dan Kepedulian Nasional. Tema ini menggambarkan kondisi bangsa Indonesia yang masih dilanda pandemi Covid-19 dengan berbagai variannya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam penanggulangan pandemi Covid-19, Pramuka tetap hadir dan berperan aktif dengan melaksanakan kegiatan bakti sosial. Pramuka juga turut berpartisipasi sebagai relawan sesuai kapasitas dan potensi dengan koordinasi yang terarah dan terpadu. Hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Kwarnas Nomor 110 tahun 2020 tentang Satuan Tugas Pramuka Peduli Pandemi Covid-19.

Pembentukan Satgas Pramuka Peduli Pandemi Covid-19 bertujuan mendukung upaya pemerintah dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Tugas mereka di antaranya mengampanyekan hidup sehat dan mematuhi protokol kesehatan 5M, yaitu mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sesering mungkin, menjaga jarak aman fisik minimal satu meter, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Selain itu, Satgas Pramuka Peduli juga berperan aktif dalam berbagai aktivitas. Misalnya di bidang pelayanan kesehatan, penyaluran logistik pangan, konseling psikososial, meluruskan atau mengklarifikasi informasi bohong atau hoaks yang bertebaran, menyemprotkan disinfektan di fasilitas-fasilitas umum, menghimpun serta menyalurkan donasi kepada masyarakat yang membutuhkan, serta aktivitas sosial lainnya.

Dengan demikian, Pramuka tidak hanya menjadi pelopor perwujudan nilai-nilai integritas dan kejujuran, tata krama dan kesantunan, budaya toleransi, dan saling menghargai. Pramuka juga harus menjadi panutan dan teladan dalam menerapkan gaya hidup sehat dan aman dari Covid-19.

Terlebih, anggota Pramuka yang didominasi generasi muda bisa lebih peduli dan sadar untuk melindungi diri sendiri serta orang lain dengan berdisiplin menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat pengabdian dan pelayanan yang menggelora dalam diri setiap anggota Pramuka bukan tiba-tiba saat terjadinya pandemi Covid-19. Sifat itu tertanam dan tumbuh sejak lama karena metode dan proses pendidikan kepramukaan yang berkesinambungan. Apalagi sebagian besar pendidikan itu masih terintegrasi ke dalam pendidikan formal. Sehingga cita-cita luhur para pendiri bangsa dapat terwariskan tanpa kendala yang berarti kepada generasi muda untuk dilanjutkan, dirawat, dan disempurnakan mengikuti perkembangan jaman.

Namun Baden-Powell dengan tegas menjelaskan bahwa pendidikan kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun atau kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku.

Pendidikan kepramukaan adalah suatu metode pendidikan untuk mendidik generasi muda yang interaktif dan progresif, dengan kegiatan yang menyenangkan, menarik, menantang, terencana, terarah, dan berkesinambungan di alam terbuka. Pendidikan ini bertujuan untuk membina dan membentuk manusia Indonesia yang mandiri, berkarakter kuat, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu memiliki rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang tinggi.

Metode dan proses pendidikan kepramukaan yang diterapkan sangatlah unik dan disesuaikan dengan usia peserta didik. Mereka dibagi menjadi empat golongan yaitu golongan Siaga (usia 6–10 tahun) yang senang bermain, golongan Penggalang (usia 11–15 tahun) yang bersemangat untuk berlomba dan berkompetisi, golongan Penegak (usia 16–20 tahun), serta golongan Pandega (usia 21–25 tahun) yang aktif berpikir kritis memecahkan masalah.

Metode yang digunakan juga bukan dengan ceramah pembina di kelas. Pendidikan bersifat praktis, beregu, dan dilaksanakan di luar kelas sambil bermain. Peserta didik didorong memaksimalkan intelligence quotient (IQ), emotional quotient (EQ), dan spiritual quotient (SQ). Pendidikan juga berlandaskan sistem among, yaitu pembina di depan memberikan contoh, di tengah memberikan motivasi, dan di belakang mendorong untuk selalu maju berkembang.

IQ berkaitan otak kiri, yaitu kemampuan intelektual seseorang dalam menyelesaikan masalah dengan perhitungan yang benar dan tepat. EQ berkaitan otak kanan, yaitu kumpulan kompetensi personal, emosional, sosial, dan keterampilan beradaptasi di lingkungan sosial. Sedangkan SQ bermanfaat agar seseorang mengetahui apa dan ke mana tujuan hidupnya.

Pandemi

Di masa pandemi Covid-19, pelaksanaan pendidikan kepramukaan yang semula dilakukan tatap muka di ruang terbuka harus dilakukan secara daring. Pendidik dan peserta didik melakukannya dari rumah dengan memanfaatkan berbagai platform seperti Zoom, Google Meet, Youtube, Whatsapp, Instagram, dan sebagainya. Keberlanjutan pendidikan kepramukaan menjadi terhambat.

Para pembina pramuka didorong berinovasi dan kreatif menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mereka dituntut mam memberikan variasi aktivitas saat peserta didik belajar di rumah.

Untuk golongan Siaga, latihan dapat menggunakan aplikasi Zoom atau Google Meet. Pembina memberikan materi latihan seperti membuat karya, bercerita, bernyanyi, dan bermain. Permainan mendidik yang bisa diterapkan di antaranya arah mata angin, origami, dan lain sebagainya. Peran pembina begitu dominan dalam proses pendidikan golongan ini.

Pada golongan Penggalang, para pembina tidak perlu terlalu dominan dalam mengemas latihan. Tetapi mereka lebih banyak memberikan contoh dan praktik, seperti tata cara membuat pionering dan tali-temali yang dapat diterapkan di rumah. Peserta didik juga bisa diberikan tugas sebagai tantangan untuk memacu semangat berkompetisi, seperti membuat pionering untuk dalam kebutuhan sehari-hari. Semua tugas tersebut bisa diunggah di media sosial atau grup perpesanan.

Sedangkan pada golongan Penegak dan Pandega, pembina hanya bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan konselor. Aplikasi pertemuan daring dan video streaming dapat dengan mudah digunakan. Seusai latihan, para peserta bisa diminta mengunggah foto keseruan mengikuti kegiatan sebagai bukti kehadiran.

Model pembelajaran seperti ini harus terus dikembangkan baik dalam hal konten dan teknik pengemasan. Ini diharapkan dapat menjadi kiblat PJJ yang baik sekaligus membuktikan Pramuka masih mampu menjawab tantangan.

Pendidikan kepramukaan memang tidak dapat berjalan maksimal dalam kondisi ini karena merupakan pendidikan karakter. Namun, tujuan pendidikan ini bukan tidak mungkin dicapai meski tanpa tatap muka.

Jati diri Pramuka yang disimbolkan dalam tunas kelapa menggambarkan mereka siap ditanam dan tumbuh di mana saja, serta bermanfaat bagi siapa saja. Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia untuk kreatif, inovatif, dan adaptif. Pramuka harus membuktikan mereka tidak mengeluh, tetap berjuang dalam situasi apa pun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya