SOLOPOS.COM - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memberikan keterangan pers seusai upacara Wisuda Purnawira Pati TNI Angkatan Darat di Akademi Militer Magelang, Senin (11/11/2019). (Antara-Heru Suyitno)

Solopos.com, JAKARTA -- Salah satu prajurit TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider 400 yang ditugaskan di Kabupaten Intan Jaya, Papua, Pratu Lukius Y Matuan, membelot ke kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua pimpinan Sabinus Waker. Pengkhinatan Lukius membuka persoalan serius di tubuh TNI AD yang jarang terekspose.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa, mengakui setiap tahun banyak prajurit TNI yang meninggalkan dinas. Kasus Lukius yang kabur dan bergabung dengan kelompok KKB di Papua bukanlah  kasus pertama prajurit membelot dari TNI.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Jadi, sebetulnya kasus ini bukan hanya terjadi kali ini. Walau tidak sama persis tapi prajurit yang lari atau meninggalkan dinas dan tidak kembali lagi itu cukup sering. Jadi saya juga tidak ingin misal mengambil kesimpulan kasar bahwa ini ada hubungan dengan putra daerah sama sekali tidak. Saya terbuka, enggak bohong. Setiap tahun begitu banyak," kata Andika di Mapomdam Jaya, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (20/4/2021).

Andika mengungkap motif sejumlah prajurit membelot dari TNI. Salah satunya terkait persoalan utang.

Baca Juga: 10 Bulan Jaga Perbatasan Indonesia-Papua Nugini, 450 Prajurit Satgas Yonif 413/Bremoro Sukoharjo Pulang

"Motivasi beda-beda ada yang karena utang, ada yang karena mungkin merasa tidak cocok, ada yang mungkin karena masalah susila, macam-macam itu begitu, banyak. Dan itu dilakukan oleh prajurit dengan latar belakang maupun etnis yang beda-beda. Kami tidak akan ambil kesimpulan bahwa ini ada hubungan dengan putra daerah," kata Andika.

Pimpinan Terdampak

Andika menegaskan prajurit yang melakukan tindak pidana bakal ditindak. Tak hanya prajurit tersebut, evaluasi juga bakal dilakukan di tingkat kepemimpinan.

"Mereka yang lakukan tindak pidana harus tanggung jawab saat bersamaan kita juga briefing ke masyarakat para komandan satuan dan ini termasuk penilaian. Ini yang kami lakukan. Kita tidak hanya lihat individu yang pidana, tetapi gimana leadership atau kepemimpinan di atasnya. Kalau dia seorang prajurit atau di mana komandan pletonnya, bagaimana kompinya, apa yang sudah dilakukan. Ini semua memiliki konsekuensi bukan hanya ke yang bersangkutan tapi terhadap rantai komando di atasnya kita akan serius sehingga mereka bisa lebih teliti lagi," ujar Andika.

Kasus prajurit membelot dari TNI itu ramai diperbincangkan setelah Pratu Lukius Y Matuan, bergabung ke KKB Papua pimpinan Sabinus Waker. Dia kini dicap pengkhianat.

Baca Juga: Prajurit TNI Sragen Meninggal Karena Covid-19 Diabadikan Jadi Nama Jalan

Pratu Lukius tergabung bersama Yonif Raider 400 dan sempat ditugaskan di Kabupaten Intan Jaya sejak Agustus 2020 hingga Maret 2021. Namun kini dia sudah dianggap sebagai pengkhianat dan masuk daftar anggota KKB di Intan Jaya.

"Memang benar saat ini Pratu Lukius, yang sebelumnya tergabung dalam Yonif Raider 400, bergabung dengan KKB," ujar Asisten Operasi Kogabwilhan III Brigjen, Suswatyo, seperti dilansir Antara, Sabtu (17/4/2021).

Perbaiki Pendidikan Prajurit

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai ,Gerindra Yan Permenas Mandenas, meminta pendidikan prajurit diperbaiki.

"Saya pikir doktrinnya harus diperbaiki, sejak mereka itu direkrut masuk pendidikan sampai mereka selesai benar-benar ditanamkan kepada mereka sehingga mereka merah putih dan tidak melakukan aktivitas yang tidak benar bahkan kembali lagi melakukan perlawanan terhadap institusi," kata Yan kepada wartawan.

Yan mengatakan prajurit yang membelot itu adalah oknum. Dia meminta TNI mengevaluasi pendidikan karakter TNI.

Baca Juga: 1.695 Prajurit TNI Divaksin Covid-19 akan Ditugaskan Jadi Tracer

"Yang jelas para pelaku ini adalah oknum, jadi kalau ke depan kita bisa melakukan evaluasi untuk memperbaiki manajemen sistem dari TNI dan Polri apa yang dilakukan oleh oknum tertentu maka kita harus tangkap pelakunya kemudian pelaku itu harus diselidiki secara baik atau dicari tahu motifnya apa setelah tahu motifnya kemudian dikaji bagaimana mencari format untuk membangun karakter dari aparat TNI dan Polri," kata dia.

Lebih lanjut, Yan juga menanggapi keputusan Pratu Lukius Y Matuan membelot dari TNI dan bergabung dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua. Yan berharap Pratu Lukius segera ditangkap.

"Pratu Lukius ini segera ditangkap dulu dalam waktu yang tidak terlalu lama, interogasi dia atau diselidiki motifnya, orientasinya ke mana. Dan ini saya pikir kembali kepada pemerintah pusat, minta kepada Menteri Keuangan mengatur soal tunjangan operasi di daerah terpencil seperti di Papua, operasi di wilayah perbatasan dan juga lauk-pauk," katanya.

"Uang lauk-pauk di aparat TNI di Papua itu sekitar Rp 70 ribu itu kita minta dinaikkan, minimal Rp 200 ribu per hari untuk makan-minumnya anggota, karena air minum di Puncak Jaya satu botol 600 ml itu Rp 50 ribu, jadi kasihan kalau aparat TNI tidak di-backup dengan tunjangan yang cukup, uang lauk-pauk untuk makanan sehari-hari kalau mereka melakukan kegiatan yang aneh-aneh ya kita mau salahkan juga serbasalah juga," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya