SOLOPOS.COM - Wiranto (JIBI/dok)

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Jenderal TNI (Purn) Wiranto, menegaskan bahwa dirinya tidak merasa bersaing dengan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Wacana adanya persaingan antar kedua tokoh tersebut disebut-sebut menjadi penyebab dari peristiwa kerusuhan Mei 1998 lalu di beberapa wilayah di Indonesia. Namun Wiranto mengatakan bahwa dirinya sangat tidak mungkin menganggap Prabowo sebagai seorang pesaing, mengingat jarak jenjang karier antara dirinya dengan Prabowo sangat jauh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Wiranto menyebut dirinya adalah lulusan AKABRI angkatan 1968, sementara Prabowo angkatan 1974. Saat Wiranto menjadi Panglima ABRI, Prabowo masih menjabat sebagai Pangkostrad.

“Saya bintang empat, beliau bintang dua. Masih dua step lagi untuk menyusul saya. Persaingan mana? Jadi intinya tidak ada persaingan. Persaingan lazimnya dilakukan dua orang atau lebih dalam satu level. Antara saya dan Pak Prabowo itu jauh,” tegasnya di Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Wiranto lantas menceritakan mengenai kerusuhan yang terjadi di Indonesia dan menunjukkan keberhasilannya menangani kerusuhan. Ia menjelaskan, kerusuhan Mei 1998 terjadi pada 13 Mei 1998, saat penguburan korban penembakan mahasiswa Trisakti. Penembakan terjadi sehari sebelumnya.

Menurut Wiranto, kerusuhan yang tak hanya terjadi di Jakarta itu memuncak pada 14 Mei 1998. Pada 15 Mei 1998 pagi hari, Wiranto selaku Panglima ABRI mengamankan situasi setelah mengerahkan pasukan Marinir dan Kostrad dari Jawa Timur.

“Hanya tiga hari bisa diredam. Kita dengan sangat yakin menetralisir berbagai sumber yang akan ikut campur sehingga demokrasi bisa berjalan tanpa menyebabkan kerusakan besar,” ujarnya.

Sementara terkait penembakan mahasiswa, Wiranto mengaku sama sekali tidak terlibat. Sebab dia telah menginstruksikan kepada seluruh pasukannya untuk tidak menggunakan peluru dalam mengatasi demonstran. “Bahkan saya perintahkan peluru-peluru tajam tidak ada di prajurit, tapi di kompi. Maka tugas saya adalah mengusut dan mnghukum pelakunya. Dan itu sudah saya lakukan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya