SOLOPOS.COM - Pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto (kiri) dan Hatta Rajasa. (JIBI/Bisnis/Abdullah Azzam)

Solopos.com, JAKARTA — Tudingan bahwa calon wakil presiden Hatta Rajasa terlibat dalam mafia migas saat menjabat Menteri Koordinator Perekonomian dinilai adalah bagian dari kampanye hitam.

Pasalnya, tudingan tersebut digulirkan ke publik mendekati pelaksanaan pemilihan presiden. Tim pemenangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pun menilai hal ini berbau politik, bukan murni hukum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Itu adalah bentuk kampanye hitam. Tujuannya adalah untuk character assasination kepada Pak Hatta dengan harapan pemilih beralih ke lain,” kata Anggota Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Viva Yoga Mauladi kepada Bisnis, Senin (16/6/2014).

Viva menyarankan kepada seluruh pihak untuk melaksanakan etika politik dalam kampanye pilpres ini, bukan melayangkan fitnah yang tanpa disertai bukti dan data yang akurat.

“Sebaiknya dalam berkompetisi harusnya berprinsip menjaga etika agar demokrasi yang dibangun sehat dan berkualitas,” himbaunya.

Sebelumnya, puluhan orang yang tergabung dalam Solidaritas Kerakyatan Khusus Migas (SKK Migas) menuntut KPK untuk menyidik Calon Wakil Presiden Hatta Rajasa.

Hatta bersama pebisnis minyak Muhammad Riza Chalid dituding telah merugikan negara hingga Rp36 triliun setiap tahun.

Riza Chalid merupakan mafia kakap penguasa migas di Indonesia. Riza melalui Hatta saat menjabat sebagai menteri perekonomian dianggap telah mengendalikan Pertamina Trading Energy Ltd (Petral).

Tugas utama Petral adalah menjamin supply kebutuhan minyak Indonesia dengan cara impor. Nilai impor yang sedikitnya Rp300 triliun pertahun sejak lama diatur oleh Muhammad Riza Chalid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya