SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA:  Calon Wakil Presiden yang diusung PDIP dan Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak menyalahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait berkembangnya paham neo-liberalisme di Indonesia hingga saat ini.

Hal itu disampaikan oleh Prabowo saat mengunjungi redaksi Bisnis Indonesia, kemarin. Dia mengatakan sistem neo-liberalisme telah dimulai sejak 1968 dan berkembang hingga kini.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

“Saya tak menyalahkan SBY soal ini. Sistem ini sudah ada sejak 1968, dan ini menjadi kesalahan kolektif,” ujar dia dalam pemaparannya. “Saya juga bagian dari rezim Soeharto.”

Dia mengatakan dirinya tidak anti dengan perusahaan besar, namun memiliki keberpihakan terhadap kalangan petani dan rakyat kecil lainnya. Prabowo menuturkan banyak kalangan ekonom yang tidak berani mengkritisi sistem yang berjalan sekarang ini.

Prabowo mengatakan paham neo-liberalisme itu ditandai dengan adanya “Washington Consensus” dan “Chicago Boys” yang mempengaruhis sistem perekonomian di Indonesia. Dia menegaskan sistem ekonomi merupakan kebijakan yang terintegrasi dengan sistem politik dan keamanan.

Pada kesempatan itu, dia mengkritik banyak pemimpin di negeri ini yang tidak mengakui kesalahannya ketika sebuah kebijakan itu keliru diterapkan. “Ini berbeda dengan di Amerika, di mana Alan Greenspan mengakui bahwa dirinya salah tentang pasar bebas.”

Dia mengatakan saat ini sistem neo-liberalisme sendiri telah menemui kehancurannya di Eropa Barat dengan banyaknya perusahaan swasta yang diakuisisi oleh pemerintah. Prabowo memaparkan hal itu sebetulnya sama dengan melakukan nasionalisasi perusahaan.

Perdebatan soal neoliberalisme mengemuka dalam Pilpres 2009 terutama setelah Boediono dipilih SBY untuk menjadi cawapresnya. Namun, tim kampanye SBY-Boediono belakangan juga sibuk menangkis serangan soal mazhab neoliberalisme yang dialamatkan ke Boediono.

Namun, diantara sejumlah reaksi dari kubu SBY-Boediono, Juru Bicara Tim Sukses SBY-Boediono Rizal Mallarangeng sempat balik menyerang Prabowo. Dia mengatakan bahwa ekonomi kerakyatan yang selama ini digembar-gemborkan kubu Megawati-Prabowo masih sebatas slogan.

Menurut dia, ekonomi kerakyatan baru dapat dijalankan oleh pemimpin yang tidak punya kepentingan yang tidak memiliki cacat dalam jejak rekamnya. Selain soal kekayaan pribadi Prabowo, Rizal juga sempat mengangkat soal karir prabowo di TNI yang sempat cacat.

Namun Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menilai tindakan Rizal Mallarangeng yang menyerang Prabowo secara pribadi menunjukkan bahwa anggota tim sukses SBY-Boediono itu telah panik.

Menanggapi berbagai kampanye hitam atas dirinya, Prabowo sendiri memilih tidak menanggapi hal tersebut. “Dalam politik itu biasa. Saya tidak anggap.”

Terkait dengan perkembangan tingkat elektabilitasnya bersama Megawati, Prabowo menilai dalam minggu-minggu ini telah terjadi perkembangan yang menggembirakan, terlebih lagi setelah dilakukan deklarasi di Bantar Gebang. Namun dia menilai hasil survei tingkat elektabilitas capres-cawapres memang dipengaruhi oleh banyak hal.

Oleh Budi Cahyana
HARIAN JOGJA
& Anugerah Perkasa, Tri D. Pamenan
BISNIS INDONESIA/JIBI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya