SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, JAKARTA</strong>- Capres Prabowo Subianto curhat ihwal kritiknya terhadap kerugian negara senilai ribuan triliun yang ditertawakan banyak orang.</p><p>Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto mengakui pernah diejek dan ditertawakan oleh pihak lain, lantaran menyebut adanya kerugian negara Rp1.000 Triliun.</p><p>Hal ini dikatakan Prabowo saat menjadi pembicara bedah buku karyanya yang berjudul &rdquo;Paradoks Indonesia&rdquo; di depan 300 Purnawirawan Jenderal.</p><p>"Waktu saya bicara kebocoran Rp 1.000 Triliun yang saya hitung, waktu itu saya diejek, saya ditertawakan, tapi saya tidak gentar, baru ditertawakan, belum ditembak oleh musuh, kan begitu," ujar Prabowo di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Sabtu (22/9/2018).</p><p>Namun, data kerugian negara yang disampaikan Prabowo melalui bukunya justru lebih kecil dibandingkan data yang disampaikan pemerintah saat ini.</p><p>Ia mencontohkan, pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di media massa bahwa ada kerugian negara sebesar Rp2.000 Triliun-Rp3.000 Triliun akibat tindak pencurian ikan.</p><p>"Ternyata banyak menteri dari pemerintah sekarang mengatakan, malah lebih dari saya, Ibu Susi mungkin sebentar lagi kena diganti, beliau ini jawabannya kurang enak. Jadi beliau mengatakan kerugiaan negara Rp2.000 Triliun, sampai Rp3.000 Triliun," kata dia.</p><p>Tak hanya itu, Prabowo kembali mencontohkan pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution yang menyebut ekonomi bocor karena devisa tidak kembali.</p><p>Kata Prabowo, data yang disampaikannya perihal kerugian negara sudah dibenarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo melalui pernyataan menteri-menteri.</p><p>"Pak Darmin sendiri mengatakan, ada ekonomi bocor karena devisa tidak kembali, berarti kan benar, aliran kekayaan keluar. Jadi saudara, jadi buku saya sudah dibenarkan pemerintah," kata dia.</p><p>Lebih lanjut, capres pasangan calon wakil presiden Sandiaga Uno itu menyebut ada ketidakadilan di pemerintahan saat ini. Ia mencontohkan lemahnya Rupiah terhadap nilai tukar Dolar Amerika Serikat.</p><p>"Intinya adalah yang terjadi adalah ketidakadilan. Ketidakadilan mengakibatkan bangsa kita lemah, tidak bersaing, dibuktikan oleh mata uang kita rupiah yang melemah, mata uang yang lemah adalah cermin ekonomi yang lemah, kalau ekonomi kuat mata uang kita kuat," tandasnya.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya