SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL: Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul memprotes jadwal pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) di Kota Jogja yang tidak seragam dengan kabupaten lain.

Padahal sebelumnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Provinsi DIY sudah membuat surat edaran yang isinya pendaftaran dimulai 27-30 Juni mendatang dan pengumuman baru 2 Juli.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adapun PPDB di Kota Jogja, yang menggunakan sistem real time online (RTO) itu berakhir pada 28 Juni dan pengumuman pada 30 Juni pada pukul 08.00 WIB.

Daerah khawatir tidak bersamaannya PPDB di seluruh DIY, sekolah di luar Kota Jogja hanya akan menerima siswa buangan. “Ini ada semacam mosi tidak percaya karena sudah disepakati seluruh DIY. Provinsi harus menggunakan kewenangannya, apa maunya Kota Jogja melanggar ketentuan,” kata Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Pemkab Bantul Masharun kepada Harian Jogja di Kompleks Parasamya, Rabu (14/6).

Kekhawatiran sebelumnya juga dialami sejumlah sekolah di Sleman. Akhirnya Disdikpora Sleman membuat keputusan jadwal PPDB disamakan dengan Jogja.

Masharun mengaku khawatir bibit-bibit unggul Bantul akan berspekulasi mendaftar di Kota Jogja.”Semula berpikir begitu, pada akhirnya lebih baik kami mengurusi anak-anak yang biasa menjadi baik dari pada anak yang sudah pintar,” paparnya.
    
Di samping itu, lanjutnya, bibit unggul Bantul sudah tersaring di sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI), SMAN 1 Bantul dan SMAN 1 Kasihan  yang sudah lebih dulu melakukan pendaftaran.
    
Masharun bahkan berpikir PPBD di Kota Jogja sengaja lebih awal karena adanya ketakutan Kota Jogja tidak mendapatkan pasokan dari anak didik luar Bantul. ”Bahasanya dibalik, justru yang khawatir itu Kota Jogja kalau tidak dipasok anak Bantul atau Sleman. Nyatakan itu,” ketusnya.
    
Kepala Seksi Perencanaan Bidang Bina Program Dikmenof Pemkab Bantul Ali Suriansah mengakui jika sejumlah kepala sekolah menjadi khawatir setelah Kota Jogja memberlakukan ketentuan itu.
    
Menurutnya hingga sejauh ini masyarakat masih berpandangan sekolah di Kota Jogja lebih bergengsi, meski Bantul sejak 2006 telah mengantongi prestasi nilai ujian akhir nasional (UAN).”Ada prediksi 60 persen siswa beprestasi Bantul lari ke Kota,” ungkapnya.
    
Kepala SMAN 1 Bantul Isdarmoko mengaku sebagai sekolah RSBI tidak khawatir kehilangan bibit unggul karena hingga penutupan pendaftaran dari kuota RSBI sebanyak 192, sudah tercatat 554 pendaftar.
    
Dihubungi terpisah, Kepala Disdikpora DIY Baskara Aji mengatakan keputusan Kota Jogja tidak masalah sebab melalui sistem RTO anak didik yang mendaftar sudah dapat memprediksi diterima atau tidak di sekolah yang dimaksud.
    
“Edaran Provinsi untuk pendaftaran memang dari 27, 28, dan 30 karena 29 [Juni] adalah hari libur, tapi tak masalah menurut saya, toh jika pengumuman dilakukan siang, di kabupaten juga sudah tutup,” jelasnya.

Tampung
Dikonfirmasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja, Edy Heri Suasana mengatakan sejauh ini mereka selalu mengikuti jadwal dari Disdikpora DIY. Namun, karena Kota menggunakan sistem online, maka bisa melakukan pendaftaran dengan lebih cepat.

“Kami sudah menggunakan RTO jadi hanya membutuhkan dua hari saja untuk pendaftaran. Jadi kami hanya lebih cepat dalam pendataan, bukannya mendahului proses pendaftaran dan pengumuman penerimaan siswa baru,” kata Edy.

Edi menegaskan, pihaknya tidak pernah mendahului namun selalu mengikuti surat edaran dari Disdikpora DIY.

Terpisah, sebanyak 1.445 calon siswa (casis) luar Kota Jogja siap ditampung di SMP dan SMA negeri. Edy Heri Suasana, menyebutkan, total kuota luar kota casis SMP  sebesar 681 orang, sedangkan bagi casis SMA yang berasal dari luar kota sejumlah 774 orang.

Kesempatan sama
Di sisi lain, PPDB di Sleman dibarengkan dengan Jogja. Kebijakan ini diambil agar calon siswa memiliki kesempatan sama mendaftar di sekolah pilihannya.

Kepala Sub Bidang Perencanaan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman, Dwi Marni menjelaskan Disdikpora mempertimbangkan kemungkinan gesekan saat pendaftaran.

Gesekan itu biasanya terjadi di detik-detik akhir pengumuman. Siswa Sleman yang tidak diterima di Jogja akan kembali mendaftar ke sekolah di Sleman.

Dengan nilai rata-rata yang tinggi, kehadiran mereka menyebabkan calon siswa yang sudah sejak awal mendaftar sekolah di Sleman tergeser.

Mereka pun harus mencari sekolah baru sementara pendaftaran sudah mepet. Dengan jadwal yang sama, diharapkan calon siswa mampu mengatur prioritasnya.

Mereka akan lebih cermat dalam menentukan pilihan sekolahnya. “Jadi tidak perlu lagi resah karena tergeser di detik-detik terakhir,” terang Dwi.

Terpisah Kepala SMP 3 Sleman, Zamroni, menambahkan dengan penyamaan jadwal setidaknya memotivasi orangtua calon siswa bahwa sekolah di Sleman juga tidak kalah dengan daerah lain. (Harian Jogja/AMU/SUN/NIN/JON/ST3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya