SOLOPOS.COM - Ilustrasi penerimaan siswa baru atau PPDB (Dok/JIBI)

PPDB Bantul sebagian menerapkan pendaftaran secara online.

Harianjogja.com, BANTUL– Sebaran siswa cerdas di sekolah-sekolah di Bantul belum merata. Siswa dengan nilai Ujian Nasional (UN) tinggi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2016 hanya menumpuk di segelintir sekolah yang berada di perkotaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data PPDB 2016 yang diunggah secara online menunjukkan tidak meratanya sebaran siswa-siswa cerdas di Bantul. Pada hari ke empat pendaftaran calon siswa baru di 19 SMA Negeri di Bantul, mayoritas sekolah telah mengunggah data calon siswa yang mendaftar ke internet atau situs PPDB online.

Ekspedisi Mudik 2024

Sebanyak tujuh sekolah menerima siswa dengan nilai rata-rata UN di atas angka 300. Sedangkan sebanyak 12 sekolah lainnya menerima calon siswa baru dengan nilai rata-rata di bawah 300. Sebanyak enam dari tujuh sekolah yang menampung mayoritas siswa dengan nilai tinggi tersebar di perkotaan. Yaitu di Kecamatan Bantul Kota, Sewon, Banguntapan dan Kasihan.

Nilai rata-rata calon siswa yang mendaftar di sekolah pinggiran bahkan menunjukkan kesenjangan yang tinggi bila dibanding nilai rata-rata siswa yang mendaftar di sekolah perkotaan. Nilai tertinggi calon siswa yang mendaftar di SMA Negeri 1 Srandakan hingga Kamis (23/6/2016) siang misalnya sebesar 306. Bandingkan dengan nilai terendah siswa yang mendaftar di SMA Negeri 2 Bantul sebesar 335.

Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal (Dikmenof) Bantul Masharun Ghozali mengatakan, pemerintah atau Dinas Pendidikan tidak dapat memaksa siswa memilih sekolah. Bila ternyata siswa pintar lebih banyak memilih sekolah di perkotaan menurutnya sudah keputusan siswa bersangkutan.

“Kami hanya dapat mengimbau, pilih saja sekolah yang berada satu kecamatan dengan tempat tinggal dari pada jauh-jauh,” kata Masharun Ghozali, Kamis (23/6/2016).

Ia membantah tidak meratanya siswa-siswa cerdas tersebut akibat kesenjangan pembangunan bidang pendidikan antara sekolah pinggiran dan sekolah perkotaan. Sehingga mendorong siswa lebih memilih sekolah di perkotaan ketimbang di pinggiran.

“Selama ini semua sekolah kami perlakukan sama. Misalnya pembangunan sarana prasarana sekolah. Kalau skeolah favorit [di perkotaan] itu sudah lama sejarahnya,” ujar dia.

Menurut Masharun, seluruh sekolah di Bantul telah memenuhi standar sarana prasarana pendidikan sehingga tidak ada kesenjangan pembangunan di 17 kecamatan. Terpisah, Pegiat Forum Peduli Pendidikan Bantul Zahrowi mengatakan, saat ini kecenderungan masyarakat mengagungkan prestise atau gengsi yang tinggi.

“Gengsi kalau tidak sekolah di sekolah favorit. Itu fakta bahwa masyarakat kita sekarang lebih mengunggulkan prestise, psikologisnya memang begitu sekarang ini,” papar Zahrowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya