SOLOPOS.COM - Pelaksana Gizi Puskesmas Gantrung, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun memantau perkembangan anak yang ikut dalam Pos Gizi di rumahnya di Desa Palur, Kecamatan Kebonsari, Kamis (5/12/2019). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN — Senyum Dewi Ruliana, 30, merekah melihat anaknya aktif bergerak dan berlarian di dalam rumahnya di Desa Palur, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Kamis (5/12/2019) sore. Ibu rumah tangga itu lega anaknya kini telah memiliki tubuh dan tumbuh kembangnya normal.

Dewi bercerita anaknya yang bernama Muhamad Albar El Syakir itu sempat mengalami kesulitan pertumbuhan. Berat badannya tidak naik-naik selama beberapa bulan. Waktu itu, ia sempat kebingungan dan sedih tidak keruan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tumbuh kembang anaknya bermasalah. Albar yang kala itu berusia satu tahun enggan makan. Sehingga tubuhnya jarang mengasup gizi seimbang. Hal itu berdampak pada menurunnya perkembangan tubuh.

Setelah diusut ternyata nafsu makan anaknya menurun karena kebanyakan memakan jajanan atau makanan ringan. Setiap hari, anaknya bisa menghabiskan beberapa bungkus jajanan. Setelah memakan jajanan itu, biasanya anaknya sudah tidak bernafsu makan.

“Itu menyebabkan berat badannya turun,” kata Dewi saat ditemui Madiunpos.com, di rumahnya.

Ia tidak kuasa menghentikan anaknya memakan jajanan bungkusan itu karena setiap kali dilarang, anaknya merengek. Albar mulai mengenal jajanan itu karena kakak beserta anak-anak di lingkungannya juga kerap mengonsumsinya. Bocah itu pun meniru kebiasaan teman-temannya .

Dengan pertumbuhan anaknya yang tidak seimbang itu, Dewi pun merasa gusar dan ada yang tidak beres. Hingga akhirnya, ia mengikuti program Pos Gizi yang ada di Puskesmas Gantrung.

Di Pos Gizi itu, ia bertemu Asno, Pelaksana Gizi Puskesmas Gantrung, Kecamatan Kebonsari yang juga menangani program Pos Gizi di Puskesmas itu. Permasalahan-permasalahan yang diutarakan Dewi terkait tumbuh kembang anaknya itu kemudian dianalisis dan dicari solusinya.

Saat ditemui di rumahnya di Desa Palur, Kamis, Asno menyampaikan kasus stunting atau berat badan rendah di wilayahnya memang didominasi pola asuh orang tua terhadap anak. Kasus Albar itu menjadi salah satu contohnya, bahwa pola asuh yang salah bisa mengakibatkan anak menjadi stunting.

Kala itu petugas Pos Gizi masuk dan mengintervensi perkembangan Albar. Setelah ditelisik, permasalahan utamanya adalah Albar ini tidak mau makan nasi sehingga membuat berat badannya tidak naik selama beberapa bulan. Padahal anak-anak seusianya pertumbuhannya sudah sesuai.

Ternyata, penyebab permasalahan Albar tidak mau makan karena terlalu banyak mengonsumsi jajanan bungkusan atau snack pabrikan yang kandungan gizinya minim.

Snack bungkusan itu kan rasanya membuat enek. Perutnya terasa kenyang. Apalagi, anak-anak itu makannya sebelum jam makan. Jadinya ya anak tidak mau makan nasi. Makan sedikit langsung dibuang,” ujarnya.

Ia meminta Dewi untuk menghentikan kebiasaannya memberikan jajanan ringan itu kepada Albar. Mengubah kebiasaan itu memang sulit, tetapi itu menjadi jalan utama untuk menyelamatkan tumbuh kembang anaknya.

“Lingkungan memang memengaruhi. Apalagi orang tuanya justru mendukung dengan membelikan jajan itu. Ya dengan alasan anaknya menangis kalau tidak dikasih,” terang PNS berusia 55 tahun itu.

Setelah mendapatkan pola asuh dari Pos Gizi itu, Dewi mencoba memperbaiki pola makan anaknya. Awalnya memang susah, karena anaknya merengek. Hingga akhirnya, ia mengambil keputusan melarang kakak Albar dan anak-anak kecil lain di lingkungannya membawa jajanan bungkusan ke rumah.

Selain melarang anaknya jajan, Dewi juga mulai mengikuti pertemuan rutin di Pos Gizi . Ia dilatih membuat makanan padat gizi dengan bahan-bahan yang murah dan tersedia di dapur.

Dalam pertemuan itu, pola asuhnya diperhatikan secara khusus oleh petugas. Terutama asupan makanan yang diberikan kepada Albar. Benar saja, dalam waktu tiga bulan berturut-turut mendapatkan intervensi pola asuh, berat badan anaknya pun sudah berangsur normal.

“Saat ini berat badannya 11,8 kg di usianya yang menginjak dua tahun,” ujar dia.

Angka Stunting Menurun

Pelaksana Gizi Puskesmas Gantrung, Asno, mengatakan Pos Gizi ini berjalan efektif sejak empat tahun terakhir. Pos Gizi ini menjadi wadah untuk menangani anak dengan berat badan kurang, salah satunya anak stunting.

Dia menyampaikan stunting ini merupakan sebuah kondisi yang dialami anak dengan tinggi badan lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak lainnya pada usia yang sama.

Angka anak stunting di wilayahnya dalam dua tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2018, angka stunting di wilayah Puskesmas Gantrung ada sebanyak 147 anak bawah lima tahun (balita) atau 9,9% dari jumlah anak balita yang hadir saat timbangan sebanyak 1.483 anak. Sedangkan pada tahun 2019, angka stunting di Puskesmas Gantrung ada sebanyak 76 anak balita atau 5,5% dari jumlah anak balita yang hadir saat timbangan sebanyak 1.388 anak.

“Kalau trennya mulai menurun. Angka penurunnya pun cukup signifikan dari tahun 2018 ke 2019, sekitar 4,4%,” kata dia.

Dari seribuan kasus anak stunting di wilayahnya itu, sebagian besar penyebabnya karena pola asuh yang salah. Ini erat kaitannya dengan pengetahuan orang tua terhadap makanan bergizi. Salah satu kasus yang banyak terjadi di wilayahnya yaitu membiarkan anak balita memakan jajanan ringan.



Dia menyebut pola seperti itu jamak terjadi di wilayahnya karena ada sejumlah kasus anak stunting yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri. Sehingga anak itu tinggal bersama ayahnya atau neneknya.

“Di sini ada beberapa kasus stunting yang ibunya kerja di luar negeri jadi TKW. Anaknya diasuh oleh nenek atau ayahnya. Biasanya mereka tidak begitu peduli dengan asupan yang dikonsumsi anak, sehingga anak itu pertumbuhannya kurang,” kata dia.

Penyebab stunting di Kebonsari justru bukan persoalan ekonomi. Menurutnya, daya beli masyarakat di wilayah ini cukup bagus. Sanitasinya juga cukup baik. Hal itu terbukti dengan hampir seluruh rumah memiliki jamban. Tidak ada lagi kasus buang air besar di sembarang tempat.

Kreasi Makanan Jadi Kunci

Sebelum ikut program di Pos Gizi, petugas akan melakukan screening terhadap anak balita yang dianggap memiliki masalah dalam pertumbuhan berat badan atau yang terindikasi stunting.

Asno menuturkan di Pos Gizi, orang tua akan dipandu oleh fasilitator untuk mengkreasikan bahan makanan menjadi makanan yang menarik. Dengan kreasi makanan itu, anak-anak tidak lagi bosan dengan makanan yang disajikan di meja makan.

Cara tersebut, menurutnya, cukup efektif untuk menumbuhkan nafsu makan anak. Dampaknya anak semakin nafsu makan dan berat badannya bisa berkembang normal. Orang tua tidak perlu khawatir soal uang kebutuhan belanja membengkak karena olahan kreasi makanan itu bisa diambil dari bahan-bahan yang biasanya dikonsumsi. Hanya, perlu ada sentuhan kreasi supaya lebih menarik dan memiliki nilai gizi lebih.

“Sama-sama berbahan tahu, tetapi kalau di Pos Gizi, tahu itu diremuk kemudian ditambahi telur terus dibentuk bulat-bulat, kemudian digoreng dan ditusuk jadi kayak stik drum. Lebih menarik mana dari tahu yang masih kotak langsung digoreng. Selain itu kandungan gizinya juga ada tambahan karena ditambahi telur. Anak jadinya lebih suka,” ujarnya.

Pemanfaatan bahan-bahan makanan murah itu menjadi salah satu materi yang dilatih kepada para orang tua sasaran. Sehingga, makanan yang dikonsumsi anak stunting bisa terjaga gizinya dan berat badannya bisa kembali normal.

Setiap anak stunting akan diberi intervensi gizi dan dipantau pertumbuhannya selama 90 hari. Setelah anak sasaran sudah kembali normal pertumbuhannya, maka akan dilepas dari program ini.

Dia menuturkan untuk biaya kegiatan saat ini difasilitasi pemerintah desa melalui Dana Desa. Satu kali kegiatan selama tiga hari diberi anggaran Rp200.000. Anggaran itu digunakan untuk membiayai membeli bahan makanan bagi peserta sasaran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya