SOLOPOS.COM - Porter memakai masker menunggu kereta untuk menawarkan jasa angkut barang kepada penumpa di Stasiun Solo Balapan, Solo, Senin (10/5/2021). (Solopos-Nicolus Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Para porter atau penjual jasa angkut barang yang mengais nafkah di stasiun kereta api menjadi salah satu pihak terdampak kebijakan pelarangan mudik Lebaran yang diterapkan pemerintah tahun ini akibat pandemi Covid-19.

Seperti halnya sejumlah porter di Stasiun Solo Balapan yang tetap menjajal peruntungan meski kondisi stasiun setempat sepi penumpang.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Pada Senin (10/5/2021) sekitar pukul 10.00 WIB, salah satu porter, Parman, 69, berdiri begitu melihat mobil memasuki area parkir Stasiun Solo Balapan, Kecamatan Banjarsari, Solo.

Baca juga: Belasan Pemudik Jalani Karantina 5 Hari di Solo Technopark

Dia berharap penumpang mobil memegang tiket kereta dan membawa barang bawaan. Namun, mobil warna putih itu dikendarai salah satu pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang dinas di situ.

Parman pun duduk kembali sambil memantau pintu masuk area parkir. Sejak peraturan larangan mudik berlaku, bapak tiga anak tersebut baru membantu satu penumpang KA Argo Wilis, Jumat (7/5/2021).

Tiga Penumpang di Hari Biasa

Dia hanya mengantongi Rp20.000 dari jasa mengangkut tas ransel dan koper berisi makanan oleh-oleh. Padahal, pada hari biasa, dia bisa membantu tiga penumpang per hari.

"Kalau gak laku bali mulih. Alhamdulillah masih diparingi sehat," kata dia kepada Solopos.com.

Parman memiliki pengalaman panjang menjadi porter bermulai sejak 1970-an akhir. Dia sempat beralih menjadi buruh bangunan sebelum kembali menekuni porter karena fisiknya tidak kuat menjadi buruh bangunan.

"Bawa barang tapi enggak diparingi [upah] sering. Enggak apa-apa [penumpang] kan bilangnya nyuwun tulung di awal," paparnya.

Baca juga: Waduh! Wali Kota Solo Gibran Terlibat Debat Dengan Dosen di Pos Penyekatan Jurug

Ada 56 porter terdaftar di Stasiun Solo Balapan. Tujuh porter mendapatkan jatah bergiliran menyiapkan tangga portabel gerbong KA untuk akses turun naik penumpang. Dengan tangga itu, para porter lebih dekat menawarkan jasa kepada penumpang.

Para porter menawarkan jasa tanpa mematok tarif kepada penumpang. “Kami diakui oleh KAI tapi untuk penghasilan dipikir sendiri-sendiri,” ungkapnya.

Tidak Mendapatkan Penghasilan

Parman mengaku mendapatkan sembako dari PT KAI yang akan dipakai untuk berjaga selama dua pekan tidak mendapatkan penghasilan.

Sulitnya mencari penghasilan juga dialami porter lain, Suwandi, 53, sejak adanya kebijakan larangan mudik. Namun, senyum kecutnya pudar sesaat ketika mendapatkan permintaan tolong dari penumpang.

Bapak empat anak itu sudah mendapatkan dua lembar Rp20.000 dari dua penumpang yang meminta bantuan membawakan barang. Uang Rp10.000 dia bagikan kepada dua orang yang menyiapkan tangga tapi tidak dapat penumpang.

Baca juga: Wow! Rajin Salat Berjemaah di Masjid Solo Ini Bisa Dapat Hadiah Sepeda Motor

Suwandi menjelaskan menjadi porter di Stasiun Solo Balapan selama sekitar dua tahun. Sebelumnya dia merupakan buruh tani. Kegiatan bertani ditinggalkan saat ditawari untuk menggantikan saudaranya menjadi porter.

"Biasanya saya dapat rata-rata Rp80.000 per hari. Tapi ini sepi sejak Kamis," katanya.

Meskipun penghasilan turun signifikan selama adanya pelarangan mudik dari pemerintah, warga Sragen tersebut bersyukur pekerjaan terkini tidak lebih berat dari buruh tani yang pernah dia lakoni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya