SOLOPOS.COM - Seorang petani porang dari Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Mujiono, 56, menunjukkan umbi porang setelah dipanen, Senin (12/4/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, JAKARTA — Industri makanan dan minuman menilai tren budidaya porang saat ini tidak boleh lepas dari pengembangan industri olahan makanan. Maklum saja pengolahan porang akan lebih memberikan nilai tambah yang tinggi. Apalagi, olahan porang menjadi favorit di Jepang.

Popularitas tanaman Porang belakangan hari ini memang sedang menanjak mengingat harga jualnya yang tinggi di pasar ekspor. Porang adalah jenis tanaman yang masuk dalam klasifikasi umbi-umbian dengan nama marga Amorphophallus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bentuk pohon porang berupa batang tunggal dan semu yang diameternya antara 5 mm hingga 50 mm. Sejak 2019, porang yang tadinya tanaman liar mulai sukses jadi primadona petani.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: 4 Zodiak Bermuka Dua sehingga Tak Bisa Dipercaya

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan di Jepang ada satu kawasan yang bahkan menjadikan Porang sebagai makanan utama dengan berbagai olahan seperti mie hingga makanan variasi sumber protein.

Sejumlah pelaku industri makanan selama ini memang telah rutin menggunakan porang sebagai bahan baku misalnya untuk pembuatan jeli.

"Namun, masih sangat sedikit yang sudah memanfaatkannya. Padahal kalau ekspor dalam bentuk olahan rafinasi maka nilainya akan lebih tinggi lagi dibanding sekarang yang masih olahan sederhana. Jadi ini potensi yang bisa dikembangkan industri," katanya dalam webinar iiMotion 2021, Minggu (6/6/2021).

Nilai Tambah Lebih

Adhi menyebut di samping porang tentunya masih banyak pangan lokal yang bisa dikembangkan guna mendapatkan nilai tambah lebih seperti sagu dan lainnya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar akselerasi dari hulu ke hilir terkait pengembangan budidaya rumah sarang burung walet dan tanaman porang.

Menindaklanjuti arahan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa pihaknya akan mulai mengasistensi atau melakukan pembinaan teknik kepada para petani kedua komoditas tersebut dan mengelompokkan atau membuat klaster daerah para produsennya. Lebih lanjut, kata Mentan, Kepala Negara juga meminta agar semua proses tersebut harus berpihak kepada rakyat, termasuk pembenahan regulasi yang menghambat.

Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi juga menyampaikan bahwa sarang burung walet dan porang ini mempunyai nilai jual yang luar biasa di pasar global. Dengan Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar, dua komoditas tersebut tentu harus dimanfaatkan lebih maksimal. "Bahkan, kalau tidak salah hampir 80 persen daripada kapasitas dunia itu disuplai dari Indonesia,” ujarnya.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya