SOLOPOS.COM - Rahasito (kiri) tengah memamerkan desain hasil karyanya kepada dua mahasiswi yang kebetulan tengah berwisata di Pantai Gua Cemara, Jumat (19/10/2012). (Dinda Leo Listy/JIBI/Harian Jogja)

Rahasito (kiri) tengah memamerkan desain hasil karyanya kepada dua mahasiswi yang kebetulan tengah berwisata di Pantai Gua Cemara, Jumat (19/10/2012). (Dinda Leo Listy/JIBI/Harian Jogja)

Gemuruh ombak pantai Gua Cemara mengiringi kesibukan Rahasito Suastono menyiapkan pola batik sebagai bahan ajar program muatan lokal (mulok) di SD Piring, Murtigading, Sanden, Jumat (19/10/2012) malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di gazebo mungil yang dinamainya gallery batik Gua Cemara Cipta Citra Budaya, tepatnya di sebelah timur pendopo Gua Cemara, laki-laki usia 46 tahun itu seolah tak menghiraukan dinginnya angin laut yang menerpa.

“Silakan masuk,” sambutnya ramah seraya menyuguhkan secangkir kopi saat Harian Jogja bertandang. Di hadapannya, terbentang sehelai kain putih bergambar pola batik dari guratan pensil. “Pola ini yang akan dibatik para siswa kelas 4, 5, dan 6 untuk seragam mereka sendiri,” ujarnya.

Di sela kesibukannya, Rahasito menuturkan, semasa remaja dirinya tak pernah menyangka akan menyelami kesenian batik. Sebab, setelah lulus dari bangku Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) pada 1984, dirinya langsung bergabung di perusahaan eksportir furniture kulit.

Setelah pantai Gua Cemara diperjuangkan menjadi obyek wisata pantai baru di Kabupaten Bantul, kisaran 2009 hingga 2010, sebagai warga Dusun Patihan, Murtigading, Sanden, Rahasito merasa terpanggil untuk berkecimpung di dalamnya.

Hingga akhirnya ia memutuskan berhenti dari dunia eksportir kulit. “Kala itu, belum ada gambaran mau memajukan pantai ini dari sisi apa. Kalau kuliner, itu sudah pasti,” kenangnya. Berawal dari hobinya menggambar desain, Rahasito pun mencetuskan ide mengangkat potensi batik.

Bermodalkan sisa tabungan selama belasan tahun bekerja di bidang eksportir kulit, Rahasito pun mulai merintis usaha pemberdayaan masyarakat SDM wilayah Desa Gadingsari, Sanden. Hingga kini, masih ada 22 ibu rumah tangga di desa tersebut yang masih aktif menekuni kerajinan batik.

Jika nantinya ada bantuan dana dari pemerintah, baik Pemkab Bantul atau Pemprov DIY, Rahasito akan memanfaatkan 400 meter persegi lahannya di Pantai Gua Cemara khusus untuk tempat para perajin batik binaannya berproduksi sekaligus memajang hasil karyanya.

Rahasito menambahkan, rimbunnya pohon cemara di Pantai Gua Cemara juga menjadi sumber inspirasi Rahasito dalam berkarya. Saat ini, sudah ada dua motif batik khas Pantai Gua Cemara yang diandalkan Rahasito. Yakni, motif Cemara Kinasih dan Cemara Anebar Winih.

Sembari terus menghasilkan karya untuk mendongkrak potensi wisata di Pantai Gua Cemara, Rahasito juga meluangkan waktunya untuk terus menularkan kepiawaiannya dalam membatik. Selain di SD Piring, ia juga turut membimbing siswa kelas VIII SMP N 2 Sanden.

Pada 2 hingga 14 Oktober, Rahasito juga diundang untuk memberikan materi learning how to make batik untuk 10 siswa dan lima guru dari Thailand di SMP N 1 Galur, Kulonprogo. “Siang mengajar, malam membuat desain batik. Batik sudah menjadi hidup saya,” pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya