SOLOPOS.COM - Ilustrasi mesin cuci darah di unit hemodialisis. (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan jumlah penderita gagal ginjal di wilayah Soloraya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penyakit gagal ginjal kronik meningkat dari 0,2% pada 2013 menjadi 0,38% pada 2018. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agung Susanto, mengatakan di Soloraya setiap rumah sakit yang membuka layanan cuci darah melayani 100-200-an pasien.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Jumlah itu semakin meningkat akibat buruknya gaya hidup. “Untuk yang cuci darah, kami sampai kurang tempat. Hampir semua RS ada pelayanan cuci darah. Belum yang gagal ginjal tetapi membutuhkan terapi pengganti,” katanya kepada wartawan seusai pembukaan layanan hemodialisa di RSUD Bung Karno (RSBK) Solo, Selasa (21/9/2021).

Baca Juga: Pengelola Mal Soloraya Berharap Anak 12 Tahun ke Bawah Boleh Masuk

Ekspedisi Mudik 2024

Agung mengatakan gagal ginjal adalah akhir dari berbagai macam penyakit, salah satunya dari diabetes melitus (DM), hipertensi, tumor, autoimun, dan sebagainya. Populasi penderita gagal ginjal terus meningkat. “Beruntung layanan cuci darah ditanggung BPJS Kesehatan,” imbuhnya.

Edukasi pada masyarakat untuk berpola hidup sehat menjadi penting agar mereka tidak menderita penyakit kronis. Caranya, mengontrol pola makan, pola aktivitas, dan mengendalikan stres. Dibukanya layanan hemodialisa di RSBK diharapkan dapat menambah cakupan layanan sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat.

Dijamin BPJS Kesehatan

“Pembukaan klinik hemodialisa di RSBK diharapkan dapat memberikan pelayanan yang makin baik. Pasien bisa dilayani semua dan bisa dijamin BPJS. Ini terapi pengganti yang utuh untuk pasien,” kata supervisor layanan hemodialisa RSBK itu.

Baca Juga: Asyik! Anak di Bawah 12 Tahun Boleh Masuk TSTJ dan Balekambang Solo

Direktur RSBK Solo, Wahyu Indianto, mengatakan unit hemodialisa RSBK bisa melayani maksimal delapan pasien per hari dengan empat alat. Setiap pasien yang melakukan treatment cuci darah membutuhkan waktu sekitar empat jam.

Sejumlah fasilitas penunjang disediakan agar para penderita gagal ginjal tidak jenuh. “Ini menjadi tujuan utama ya, bukan lagi alternatif. Karena tempatnya nyaman bersih. Bisa main ponsel atau nonton televisi, kami juga menyediakan internet nirkabel,” jelasnya.

Baca Juga: Diberi Gelar Kanjeng Pangeran, Gibran Juga Dapat Pesan ini Dari Raja Keraton Solo

Ia menyebut salah satu dorongan membuka layanan itu adalah banyaknya calon pasien. RSBK sempat merujuk tiga pasien cuci darah selama pandemi meski sebenarnya sudah membeli alat cuci darah itu sejak lama namun izin operasional belum diurus.

“Sebenarnya sejak dulu ada ya, dan pasien Covid-19 yang isolasi sempat melakukan cuci darah. Tapi Izin kami kan belum turun. Makanya kami rujuk,” ucap Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya