SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Harianjogja.com, KULONPROGO – Pengendalian hama dengan mendatangkan musuh alam yakni burung hantu di kawasan pertanian Nanggulan sudah cukup efektif mengendalikan gagal panen akibat hama tikus. Sayangnya, pertumbuhan populasi burung bernama latin tyto alba ini masih relatif lambat, sehingga masih belum seimbang dengan jumlah populasi tikus yang ada.

Anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Karya Sejahtera Nanggulan Muh. Basri mengatakan keberadaan tyto alba tidak dipungkiri telah banyak mendukung pertanian di kecamatan ini.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

“Tapi sayangnya, populasi tyto alba ini sangat lamban, sehingga tidak seimbang dengan populasi tikus yang lebih besar,” ujar Basri kepada Harianjogja.com, Rabu (20/8/2014).

Basri mengatakan tyto alba cukup berdampak positif pada hasil pertanian di Nanggulan. Dia mengungkapkan baik saat musim tanam, maupun musim panen, dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus sudah sedikit berkurang.

Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Nanggulan Ngadiran menambahkan sejak tyto alba mulai diperkenalkan tahun 2013 lalu, kerusakan ladang dan padi dapat lebih terkendali. Dampak yang paling terasa adalah ketika musim tanam tiba. Petani tidak perlu lagi melakukan persemaian ulang.

“Dulu sebelum ada tyto alba, paling tidak penyemaian bisa diulang sampai dua hingga tiga kali. Pagi disemai [benih padi], sorenya sudah habis dimakan tikus,” ujar Ngadiran.

Ngadiran mengatakan dari hasil studi pertanian di Demak, Jawa Tengah pada awal 2013 lalu, sepasang tyto alba dapat mengawasi lima hektar lahan pertanian. Selain itu, burung hantu memiliki hasrat makan yang sangat tinggi. Dalam semalam kebutuhan makan seekor burung hantu bisa sekitar tiga ekor sampai lima ekor tikus. Apabila populasi tyto alba dapat ditingkatkan, maka pengendalian hama tikus dapat lebih efektif.

“Saat ini di wilayah Nanggulan, terdapat sekitar 11 rumah burung hantu (rubuha) dan tujuh titik tempat berlindung sementara. Dan populasi burung hantu ini baru ada sekitar 20 ekor,” imbuh Ngadiran.

Untuk meningkatkan populasi burung hantu ini POPT Nanggulan bekerja sama dengan Kelompok Tani Sri Jati akan membuat kawasan pengembangan tyto alba. Burung hantu akan dikembangbiakkan dengan metode karantina, setelah dewasa akan dilepas.

“Kami tidak menyarankan untuk dipelihara. Karena sehari paling tidak harus menyediakan tikus tiga ekor, dan petani mau tidak mau harus menernakan atau beli, tapi biayanya jelas akan lebih besar. Maka dari itu,tyto alba tetap dibebaskan tapi didukung dengan pengembangan rubuha,” tandas Ngadiran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya