SOLOPOS.COM - Pesta kembang api yang meriah menandai upacara pembukaan PON XVIII si Stadion Utama Riau di Pekanbaru, Selasa (11/9/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

Pesta kembang api yang meriah menandai upacara pembukaan PON XVIII si Stadion Utama Riau di Pekanbaru, Selasa (11/9/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Antara)

PEKANBARU – Seiring dengan dentuman ratusan kembang api, secara resmi, Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Riau dibuka. Para atlet berlomba-lomba untuk menyabet medali emas untuk dipersembahkan kepada provinsi yang dibela. Pembukaan digelar di Stadion Utama Riau di Pekanbaru, Selasa malam (11/9/2012).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kontingen DIY pun turut hadir di tengah-tengah maraknya pembukaan tersebut. Defile DIY diawali dnegan dua atlet taekwondo yang berpakaian tradisional yakni Lia Karina Mansur dan Geri Rangga Vega. Seiring defile atlet DIY terdengar narasi yang menceritakan sepenggal kisah DIY. Dimulai dengan bergabungnya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman kedalam NKRI yang lebih dikenal dengan Amanat 5 September 1945.

Ekspedisi Mudik 2024

Sayangnya, sempat terjadi insiden salah tulis nama kontingen DIY yang hanya ditulis Yogyakarta di papan defile. Hal itu menyebabkan DIY sempat ditempatkan di urutan belakang, di atas urutan ke-20. Mengetahui hal itu, komandan defile, Dwi Irianto dengan sigap memberitahukan pihak PB PON. Akhirnya kontingen DIY dalam defile itu menempati urutan kelima dengan ditambahi Daerah Istimewa (DI). DIY tepat berada tepat di belakang kontingen Bali, Banten, Babel dan Bengkulu.

“Kan kurang Daerah Istimewa, jadi kami protes donk. Kalau Yogyakarta saja itu kan daerah kota jadi harus lengkap disebutkan Daerah Istimewa Yogyakarta. Peserta yang ikut devile adalah atlet yang tidak akan bertanding besok,” Dwi Irianto.

Sayangnya, megahnya upacara pembukaan tersebut juga dinodai dengan belum rampungnya pembangunan Stadion Utama Riau. Dari atap sampai tiang masih belum siap. Kertas pembungkus pun tampak masih menutupi beberapa tiang pancang. Bahkan tak ada giant screen yangmenyiarkan jalanya pembukaan untuk penonton yang tak bisa masuk. Sungguh disayangkan, sangat tampak sistem kebut semalam mewarnai stadion berkapasitas sekitar 25.000-an penonton ini.

Namun, perjuangan kontingen DIY pun tampaknya sangat berat dari pertandingan pertama yakni Aeromodeling. Hingga kemarin, DIY baru mampu meraih satu perak dari aeromodeling nomor F3 A. Nasib buruk menghampiri DIY. Mulai dari gagal tampilnya dua atlet terbang layang gara-gara peraturan yang tidak konsisten, hingga patahnya kaki pembalap andalan DIY, Sudarmono.

“Seharian ini, perut saya mules terus. Abis dua atlet gagal tampil, peluang emmas hilang dan sekarang atlet kecelakaan. Semakin mengurangi peluang medali,” papar Ketua Umum KONI DIY, GBPH Prabukusumo. Gusti Prabu mencoba menjawab dengan senyuman namun ketegangan tak mampu disembunyikan dari wajahnya. Ia meminta warga DIY untuk bersabar karena belum semua cabang andalan bertanding. Masih ada wushu, balap sepeda, taekwondo, panahan dan beberapa cabang olahraga lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya