SOLOPOS.COM - Ilustrasi karangan bunga duka cita (JIBI/Dok)

PON 2016, ada sebuah berita duka dari cabor tembak.

Harianjogja.com, BANDUNG — Seorang tokoh senior dalam Persatuan Penembak Indonesia (Perbakin) DIY wafat, saat bertugas mendampingi atlet dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat. Seperti apa kisahnya?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

(Baca Juga : PON 2016 : Pelatih Asal Jogja Meninggal Dunia)

Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo tidak menyangka, pertemuannya dengan Sebastian Laksawana di Venue menembak di Lapangan Tembak Cisangkan, Jumat (23/9/2016), menjadi pertemuan terakhirnya. Keesokan harinya, Sabtu (24/9/2016),  tokoh Perbakin DIY tersebut ditemukan meninggal di hotel tempatnya menginap, Ibis Style, Braga, Kota Bandung sekitar pukul 09.00 WIB.

” Saya terkejut sekali, tadi pagi dikabari Pak Joko (Ketua Bidang Target Perbakin Jogja, Djoko Yuniarto) bahwa Pak Sebastian meninggal,” kata GBPH Prabukusumo yang merupakan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY, Sabtu.

Mendengar kabar tersebut, Gusti Prabu, demikian sapaan akrab GBPH Prabukusumo, langsung menuju hotel tempat kejadian perkara. Cukup lama, hampir empat jam adik Sri Sultan Hamengku Buwono X itu harus menunggu di lobby hotel. Ia bersama sejumlah tokoh KONI sudah naik ke kamar Sebastian di lantai 11, namun oleh aparat kepolisian disuruh turun kembali. Kawasan tersebut masih harus steril dan sejumlah orang sedang diperiksa.

Setelah pemeriksaan selesai, jenazah pria berusia 73 tahun tersebut dibawa ke RS Hasan Sadikin Bandung. Sebagai orang nomor satu di KONI DIY, Gusti Prabu segera memerintahkan pengurusan jenazah, terutama untuk pemulangan ke Jogja. Baru pada pukul 15.30 WIB, jenazah masuk pesawat dan diterbangkan ke Jogja.

Mengenang almarhum, Gusti Prabu menuturkan banyak kesan yang dialaminya tentang Sebastian. Ada yang berbeda dengan almarhum, dalam pertemuan terakhir saat Gusti Prabu mengunjungi venue menembak bersama dengan Sekretaris Umim KONI DIY Kanjeng Pangeran Haryo Indrokusumo Bendahara KONI DIY, Suhartono  bertemu. Tingkah laku almarhum saat itu tidak seperti biasanya.

“Kami sempat ngobrol sedikit. Tapi saya lihat wajahnya seperti bingung seolah mau bicara apa, tapi diam tapi mulutnya kayak mau bicara,” tuturnya.

Tanpa berprasangka, Gusti Prabu bersikap biasa dan memilih menunggui atlet penembak yang bertanding. Tak disangka, Sebastian tak lagi bisa mendampingi atletnya bertanding. Ia bahkan tak lagi bisa melatih juniornya mengembangkan kemampuan menembak.

Almarhum meninggal saat bertugas mendampingi atlet DIY berjuang meraih prestasi dalam PON, sehingga Gusti Prabu memberikan apresiasi yang sangat besar. “Beliau seorang pelatih senior di cabang olahraga menembak, saya sebut beliau adalah Patriot Olahraga DIY,” tegasnya.

Ketua Bidang Target Perbakin Jogja, Djoko Yuniarto yang menjadi orang terdekat dengan Sebastian, mewakili pihak keluarga saat pengurusan jenazah Sebastian di Bandung. Pria yang menginap satu hotel dengan almarhum itu atas persetujuan keluarga, menyatakan mengikhlaskan dan tidak meminta visum dalam. “Kami segera mengurus kepulangan jenazah segera, untuk disemayamkan di PUKJ,” katanya.

Mengenang almarhum, Djoko menuturkan purnawirawan TNI AU itu menjadi tokoh yang sangat berpengaruh bagi tercetaknya atlet penembak di Jogja. Sejumlah atlet DIY yang telah sampai Kejurnas, seperti Deby Kiswaramurti, Nikita Mayyelina Soebagio, Natasha Evelyn Soebagio dan lainnya, adalah hasil bimbingan almarhum.

“Pak Sebastian itu pelatih yang mau tombok, melatih sana sini tanpa hitung,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya