SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sekelompok orang berpakaian lengkap layaknya tentara terlihat mengendap-endap diantara semak belukar. Senapan laras panjang tergenggam di lengan mereka, sementara sebuah pistol, granat aktif dan sebuah pisau komando tidak lupa ikut melekat diseragam mereka.

Sekelompok orang yang berjumlah sekitar 10 personel itu terus berjalan menyusuri perbukitan, namun di tengah perjalanan tiba-tiba terdengar rentetan senjata yang terdengar dari arah depan, kontan semuanya langsung berhamburan untuk mencari posisi aman guna melakukan tembakan balasan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Itulah sekelumit suasana war game yang dilakukan klub pecinta air softgun yang tergabung dalam Detasemen Cobra. Menurut wakil ketua Detasemen Cobra, Muhammad Andriyanto, kegiatan yang dilakukannya di Jogja Orangutan Centre (JOC) di Desa Paingan, Kecamatan Pengasih, ini merupakan rutinitas para airsofter (sebutan untuk pecinta air softgun) untuk memupuk kekompakan sekaligus untuk menyambut anggota baru.

“Kegiatan seperti ini rutin kami gelar minimal setahun sekali apabila ada anggota baru, dan ini merupakan yang keempat kalinya kami lakukan,” katanya, beberapa waktu lalu. Menurut Andriyanto, Detasemen Cobra yang telah berdiri sejak 2006 memiliki anggota sekitar 100 orang sementara yang ikut dalam war game ini ada sebanyak 60 orang, termasuk 17 orang anggota baru.

Dalam setiap war game yang dilakukan, Detasemen Cobra juga membuat efek dramatis dengan mengambil tema yang berbeda-beda. Biasanya pemilihan tema disesuaikan dengan operasi militer sungguhan yang kerap muncul di film-film Hollywood.

Menurut Andriyanto, banyak yang dapat diambil dari bermain air softgun. Selain bisa mengasah kekompakan dan nasionalisme, permainan ini juga menjunjung tinggi kejujuran, pasalnya peluru yang dilontarkan dari senapan yang merupakan replika dari senjata aslinya ini tidak mengeluarkan cat, seperti halnya permainan paintball.

Salah seorang anggota Detasemen Cobra, Efin Vembriano, mengatakan permainan ini memang bukan permainan yang murah karena untuk satu pucuk senjata laras panjang, para pemain harus menebusnya seharga Rp2-4 juta.

“Itu belum termasuk perlengkapan lainnya yang wajib dikenakan saat bermain, seperti pelindung mata,” katanya. Menurut Efin, senjata-senjata yang digunakan dalam permainan ini juga memiliki bentuk dan bobot yang tidak jauh berbeda dengan senjata aslinya, setiap airsofter juga memiliki selera tersendiri untuk memilih senjata yang digunakannya.

Mulai dari senjata jenis M-4, M-16, AK-47 hingga senjata buatan Pindad Indonesia seperti SS-1. Selain senjata, para airsofter tentu saja harus memiliki peluru yang biasa disebut Ball Bullet. Meski terbuat dari bahan plastik, namun peluru ini cukup berbahaya jika mengenai mata atau masuk ke dalam kuping. Tidak heran jika para airsofter diwajibkan memaki pelindung mata  dan kepala saat bermain.(Wartawan Harian Jogja/Dasa Saputra)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya