Polusi Beijing telah mencapai level sangat berbahaya bagi kesehatan.
Harianjogja.com, SHANGHAI—Polusi udara di Beijing mencapai level sangat berbahaya dan membuat sekolah-sekolah di ibukota Tiongkok terus meminta siswanya tetap berada di dalam ruangan dan mengimbau orang tua memeriksakan anak-anak mereka ke rumah sakit untuk memeriksakan kemungkinan adanya penyakit pernapasan pada Selasa (1/12/2015).
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pemerintah telah memerintahkan semua sekolah di Beijing agar menghentikan semua kegiatan di luar ruangan. Bahkan sebuah sekolah dasar di distrik Xicheng di sisi barat Beijing, mengirim pesan kepada orang tua bahwa kelas diliburkan pada Selasa. Kondisi itu diperparah dengan udara dingin yang terjebak polutan di permukaan tanah. Menurut Zhang, pejabat lingkungan, mengatakan polusi dari daerah sekitarnya juga meniup ke ibukota.
Kementerian Perhubungan Tiongkok di laman online-nya mengumumkan, visibilitas yang rendah akibat kabut asap yang tebal mendorong pemerintah menutup 1.553 bagian jalan raya di pusat, timur dan selatan Tiongkok.
Adapun kantor berita Xinhua melaporkan, seorang inspektur dari Departemen Perlindungan Lingkungan menemukan beberapa proyek konstruksi di Beijing tak mengindahkan imbauan yang dikeluarkan Pemerintah pada Senin agar menghentikan pekerjaan yang bisa meningkatkan polutan.
Beijing kini tengah bergulat dengan polusi udara yang sangat parah dan telah memasuki hari kelima berturut-turut. Asap tebal telah menutupi lanskap kota yang berisi gedung-gedung pencakar langit, membuat sejumlah bangunan di kota itu hanya berwarna abu-abu. Pandangan mata pun terbatas pada satu atau dua blok. Lampu-lampu neon nyaris tak tampak tertutup gelap akibat asap. Banyak warga mengenakan masker berbagai jenis sambil berjalan-jalan.
Orang tua dan kakek-nenek mengeluh tentang dampak kabut asap pada anak-anak kecil dan mengatakan polusi telah membuat anak-anak mereka rentan penyakit seperti infeksi tenggorokan dan flu. “Pemerintah seharusnya serius mengatasi polusi, sehingga kami bisa melihat efeknya. Jika dalam beberapa tahun situasi tidak berubah, kami akan mempertimbangkan untuk pergi meninggalkan [Beijing],” kata Yin Lina, yang membawa putrinya, 5 tahun, ke rumah sakit untuk memeriksakan saluran pernafasan anaknya itu seperti dikutip Chinadaily.com.