SOLOPOS.COM - Personel Brimob Polda Kaltim mengamankan lokasi ledakan bom di Gereja Oikumene Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Amirulloh)

Polri mengimbau agar teror bom gereja Samarinda tidak memanaskan situasi yang sedang sensitif.

Solopos.com, JAKARTA — Polri menghimbau masyarakat jangan terprovokasi dan terpengaruh terkait pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). Polri tidak ingin kejadian tersebut memanaskan situasi yang saat ini cukup sensitif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Masyarakat agar tidak terpengaruh dan terprovokasi. Tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa. Tetap waspada terhadap lingkungannya,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol. Agus Rianto kepada wartawan, Minggu.

Agus juga meminta kepada masyarakat untuk langsung melaporkan informasi apapun terkait aksi-aksi terorisme agar segera ditindaklanjuti. Dia meminta agar masyarakat tidak menyebar informasi yang masih belum terkonfirmasi oleh penegak hukum.

Berdasarkan laporan yang dia terima, pelemparan bom berdaya ledak rendah terjadi sekitar pukul 10.00 WITA. Tercatat ada empat orang menjadi korban dari peristiwa tersebut. Mereka ditemukan dalam kondisi luka bakar di sekujur tubuhnya.

Adapun Polresta Samarinda telah menangkap seorang yang diduga kuat sebagai pelaku. Pelaku adalah Johanda, pria berumur 32 tahun yang berkerja sebagai buruh. Dia tercatat pernah divonis pidana 3 tahun 6 bulan pada 4 Mei 2011 berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 2195/pidsus/2012/PNJKT.BAR.

Namun, dia mendapatkan remisi dan bebas bersyarat pada 28 Juli 2014. Baca juga: Jejak Pelaku Bom Gereja Oikumene, dari Tobat hingga “Kuasai” Masjid.

Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan bahwa tindakan terorisme adalah ancaman nyata. Kendati terus diburu oleh Densus 88 Polri, sel-sel terorisme di dalam negeri masih aktif.

Pelemparan bom molotov di halaman gereja di Samarinda juga menjadi petunjuk tentang kecenderungan baru pelaku teror dalam melancarkan serangannya. Mereka tidak lagi melakukan serangan pada obyek-obyek vital di kota besar seperti Jakarta. “Mereka melakukan serangan di daerah-daerah dengan target acak sekadar untuk membuktikan eksistensi mereka,” ujarnya.

Serangan di daerah, sekaligus menunjukan bahwa pergerakan mereka di kota besar semakin sempit. Sebab itu, kepolisian di daerah harus meningkatkan kewaspadaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya