SOLOPOS.COM - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menjawab pertanyaan saat wawancara khusus di Jakarta, Senin (29/6/2020). . (Antara-Akbar Nugroho Gumay)

Solopos.com, JAKARTA — Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Rachland Nashidik mengunggah komentar terkait polemik Demokrat yang melibatkan lingkaran istana melalui media sosialnya, Twitter, Sabtu (6/2/2021). Politikus Partai Demokrat itu memastikan Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko bukanlah jenderal yang biasa-biasa saja sebagaimana lazimnya.

Menurutnya, Jenderal (Pur) Moeldoko berbeda dengan jenderal lainnya. “Ada beda besar antara Moeldoko dengan senior-seniornya di TNI: Jend. Edi Sudrajat, Jend. Wiranto, Jend. SBY. dan Jend. Prabowo. Para seniornya pilih jalan terhormat dalam berpolitik: membuat Partai dan berkeringat di dalamnya. Moeldoko kira ambil paksa Demokrat gampang. Dia salah,” tulisnya di akun @RachlanNashidik.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca Juga: Mengeluh Punya Haters ke Fiki Naki, Mata Dayana Berkaca-Kaca…

Sebagaimana ramai diberitakan, Jenderal (Pur) Moeldoko yang kini kepala Kantor Staf Presiden menjadi buah mulut publik karena disebut-sebut merupakan orang di lingkaran Presiden Joko Widodo yang terlibat dalam upaya pengambilalihan Partai Demokrat dari kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Ekspedisi Mudik 2024

Moeldoko sempat mengakui sempat beberapa kali bertemu sejumlah orang Partai Demokrat yang mengeluhkan kondisi internal partai tersebut. Dia mengaku dirinya hanya mendengarkan sembari minum kopi. “Orang ngopi-ngopi kok bisa ramai gini,” katanya dalam konferensi pers di rumahnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2021).

Pernyataan Resmi

Adapun pernyataan resmi Mantan Panglima TNI ini terkait isu ini sebagai berikut:

Assalamualaikum wr wb,

Mungkin banyak penasaran. Begini, bingung juga saya. Orang ngopi-ngopi kok bisa ramai gini. Apalagi ada yang (bilang saya) grogi lagi. Apa sih urusannya ini? Saya kan ngopi-ngopi saja. Beberapa kali di sini, ya di luar biasa, kerjaan saya bicara kanan kiri.

Dan saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada Pak SBY, ada putranya Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menggapi seperti itu? Wong saya biasa-biasa saja. Itu.

Jadi dinamika dalam sebuah partai politik itu biasa. Ya seperti itu. Dan Pak LBP pernah cerita sama saya, ‘saya juga didatangi oleh mereka-mereka’. Case-nya juga sama. Tapi enggak ribut begini. Terus dibilangin mau jadi presiden, yang enggak-enggak aja. Ah kerjaan gua setumpuk gini, ngurusin yang enggak-enggak saja. Janganlah membuat sesuatu, menurut saya sih ini kayak dagelan aja gitu. Kayak lucu-lucuan.

Moeldoko mau kudeta? Lah, kudeta, apanya dikudeta? Anggaplah begini ya, saya punya pasukan bersenjata begitu, anggaplah Panglima TNI ini pengen jadi Ketua Demokrat. Emangnya gua bisa itu gua todong senjata itu para DPC, DPD, ‘ayo datang ke sini’, gua todongin senjata. Semua kan ada aturan AD/ART dalam sebuah partai politik, jangan lucu-lucuan begitu lah. Jadi kalau kita bicara human capital, itu bukan intellectual capital yang pertama, emotional capital. Jadi tenang, merespons sesuatu.

Masa gue (Moeldoko) ngopi harus izin Presiden (Joko Widodo), gila apa? Ngopi-ngopi saja kok harus izin Presiden, Presiden tahu. Yah, ini berlebihan, jangan begitu lah. Biasa lah itu, internal partai politik. Aku orang luar ini, enggak ada urusannya di dalam. Gitu ya, saya kira. Jadi, apa, biasa-biasa aja. He-he. Oke.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya