SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta [SPFM], Bentrokan antara kepolisian dan massa yang sedang berunjuk rasa kerap terjadi sehingga menimbulkan korban jiwa. Polisi diimbau untuk tidak selalu mengandalkan senjata api saat menghadapi para demonstran. Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar, Selasa (27/12) mengatakan senjata hanya menimbulkan emosional dan tidakan brutal. Bambang menjelaskan jika ada gerakan massa yang massif, maka pilisi hendaknya mengedepankan dialog terlebih dulu daripada tindakan pengamanan. Hal itu juga untuk melatih para petugas polisi agar pandai berdialog.

Menurut Bambang, setiap gerakan ataupun langkah yang dilakukan oleh polisi dalam mengatasi aksi massa harus dievaluasi apakah sesuai prosedur atau tidak. Menurutnya, ada urutan-urutan yang sudah menjadi prosedur di kepolisian saat menangani aksi massa yang sudah mulai tidak kondusif.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Serentetan peristiwa bentrokan antara anggota kepolisian dan masyarakat yang sedang berunjuk rasa memang kerap terjadi akhir-akhir ini. Tidak sedikit korban tewas dan luka-luka akibat bentrokan tersebut. Berita terbaru menyebutkan tiga orang tewas dalam bentrok warga dengan aparat kepolisian di Bima, NTB. Sementara 11 orang lainnya, harus dirawat di rumah sakit. Sempat terlihat beberapa kali, anggota kepolisian menyeret dan memukuli warga yang memblokir Pelabuhan Sape.

Sebelumnya diberitakan, Komnas menyimpulkan bahwa insiden di Bima merupakan pelanggaran HAM. Polisi diketahui menghamburkan peluru tajam dan menembak lurus ke kerumunan massa. [dtc/rda]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya