SOLOPOS.COM - Murid sekolah menengah pertama mengendarai sepeda motor di Jalan Sentolo-Brosot untuk menuju ke sekolah, Senin (16/9/2013). (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Murid sekolah menengah pertama mengendarai sepeda motor di Jalan Sentolo-Brosot untuk menuju ke sekolah, Senin (16/9/2013). (JIBI/Harian Jogja/Arif Wahyudi)

Hampir setiap hari, saat jam pergi dan pulang sekolah, pelajar sekolah menengah pertama mengendarai sepeda motor tanpa memakai helm, berseliweran di sepanjang Jalan Brosot-Sentolo. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja, Arif Wahyudi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengendara sepeda motor melaju kencang di ruas Jalan Sentolo-Brosot, Senin (16/9). Pengendara ssmp negeri sentolo

epeda motor itu berusia belasan tahun. Itu terlihat dari seragam sekolah yang dikenakan.

Anak itu memakai seragam putih biru dengan tas punggung. Dari corak warna seragam, anak itu duduk di bangku SMP. Bukan hanya anak itu saja yang mengendarai sepeda motor di jalan raya untuk menuju sekolah.

Di belakang anak itu ada lima pelajar SMP mengendarai sepeda motor. Bedanya, kelima anak itu memacu motor dengan kecepatan sedang. Di antaranya adalah HS, 14, siswa kelas VII sebuah SMP Negeri di Sentolo.

HS mengaku setiap hari mengendarai sepeda motor untuk ke sekolah. Alasannya, jarak rumah dengan sekolah cukup jauh dengan medan jalan naik-turun. Satu lagi, di wilayah itu tidak ada transportasi umum menuju sekolahnya. “Mau naik sepeda keburu terlambat,” ujarnya, Senin (16/9/2013).

Kepala Polsek Sentolo Komisaris Polisi Budi Susilanto dilema menghadapi kondisi itu. Dia menegaskan anak usia SMP mengendarai motor di jalan raya jelas tidak bisa ditoleransi lantaran belum mengantongi SIM. Dia khawatir tindakan si anak membahayakan keselamatan umum.

Namun, dari sisi yang berbeda, dia sadar di beberapa wilayah Sentolo minim dilewati sarana transportasi padahal sangat dibutuhkan para pelajar. “Apalagi medan Sentolo naik-turun. Kasihan juga para pelajar tadi setiap kali berangkat sekolah,” ujar Budi.

Beberapa waktu lalu, Polsek Sentolo sempat mengumpulkan para kepala SMP se-Sentolo. Kapolsek waktu itu mengajak koordinasi para kepala sekolah agar melarang siswanya mengendarai motor untuk menunjang aktivitas sekolah.

Upaya ini tampaknya kurang berhasil. Sekolah sudah melarang tetapi siswa memiliki banyak akal agar bisa tetap mengendarai sepeda motor. Ada pelajar yang menitipkan kendaraan di warung dekat sekolah dan rumah siswa yang tak jauh dari sekolah.

Kemarin, ada pembahasan masalah itu di Mapolres Kulonprogo. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Kulonprogo, Ajun Komisaris Polisi Supriyantoro, menegaskan polisi tidak bisa memandang sebelah mata atas maraknya siswa SMP di Kulonprogo yang naik motor setiap kali berangkat sekolah.

Polisi akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Perhubungan untuk mengatasi masalah ini. Dinas Pendidikan diharapkan mampu menginstruksikan sekolah untuk menyediakan sarana transportasi umum.

Opsi kedua yakni meminta Dinas Perhubungan untuk merayu awak angkutan agar mau menyasar jalur-jalur yang selama ini tidak dilintasi angkutan. “Sebenarnya kan trayeknya masih hidup, cuma karena jalur di wilayah ini sepi maka banyak awak angkutan yang enggan menyasar,” papar Supriyantoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya