Solopos.com, SUKOHARJO–Aksi unjuk rasa kembali dilakukan pedagang Pasar Ir. Soekarno, Sukoharjo, Jumat (28/2/2014).
Unjuk rasa dilakukan sekitar 150 pedagang Pasar Ir. Soekarno bersama aliansi buruh dan mahasiswa mulai sekitar pukul 10.00 WIB. Aksi dipusatkan di Jl. Jenderal Sudirman tepatnya depan Gedung Pusat Promosi Potensi Daerah (GPPPD) dan Rumah Dinas Bupati.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pengamatan solopos.com, ketegangan terjadi saat pengunjuk rasa bermaksud menjalankan Salat Jumat di musala Rumdin Bupati Sukoharjo. Pasalnya upaya pedagang dicegah petugas Satpol Pamong Praja (PP) dan petugas Polres Sukoharjo yang berjaga di pintu masuk rumdin.
Petugas keamanan juga menutup rapat pagar pintu gerbang Rumdin Bupati. Situasi tersebut membuat pengunjuk rasa memutuskan untuk menjalankan Salat Jumat di badan Jl. Jenderal Sudirman. Mereka menggunakan alas MMT, spanduk dan kertas koran.
Ketua Kota Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi Wilayah Sukoharjo, Topan Tri Haryoko yang turut serta dalam unjuk rasa, ditemui wartawan mengaku heran dengan sikap Pemkab Sukoharjo melarang pengunjuk rasa menjalankan Salat Jumat di musala Rumdin Bupati.
Padahal menurut dia musala dan Rumdin Bupati dibangun menggunakan uang rakyat, termasuk pedagang Pasar Ir. Soekarno. “Sehingga kami putuskan Salat Jumat di jalan. Karena fokus kami adalah kesengsaraan pedagang, maka kami salat dengan kondisi keprihatinan,” kata dia.
Topan mengatakan, pihak yang melarang pengunjuk rasa menjalankan Salat Jumat di musala Rumdin Bupati adalah petugas Satpol PP. Di sisi lain, dia menegaskan, aksi unjuk rasa dilakukan pedagang yang menuntut proyek Pasar Ir. Soekarno segera selesai.