SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan buruh PT Ladewindo Karanganyar mengamuk di rumah dinas (rumdin) Bupati Karanganyar, Senin (19/5/2014). Penyebabnya, gaji mereka sejak September 2013 lalu dan uang pesangon yang rencananya dibayarkan pada hari itu batal diterima.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, pembayaran gaji dan pesangon karyawan berlangsung alot. Ratusan buruh mendatangi rumah dinas bupati untuk menunggu pembayaran gaji dan pesangon sejak pukul 08.00 WIB. Mereka berdatangan dengan menggunakan sepeda motor. Sementara itu, seratusan buruh lainnya menunggu proses pembayaran gaji dan pesangon di pabrik PT Ladewindo di Dagen, Jaten, Karanganyar.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pihak Ladewindo telah mempersiapkan diri dengan menata halaman pabrik dilengkapi ratusan kursi yang berjejer rapi dibawah tenda warna-warni layaknya sebuah acara resmi. Selain itu Ladewindo juga telah menyiapkan makan siang dan snack berjumlah 800-an lebih. Aparat kepolisian dan TNI terlihat berjaga-jaga. Sementara unsur Muspika dan pihak terkait berada di sana.

Namun hingga pukul 12.00 WIB, pembayaran gaji tak kunjung diterima. PT Haddad selaku mitra kerja atau pemberi order PT Ladewindo diwakili pengacara Navis bersama ratusan karyawan ngotot meminta pembayaran dilakukan di rumah dinas. Sedangkan bos PT Ladewindo, Roestina Cahya Dewi, bersikukuh pembayaran dilakukan di Pabrik PT Ladewindo. Hal ini sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani bersama.

Alotnya pembayaran gaji dan pesangon hingga membuat Wakil Bupati (Wabup) Rohadi Widodo turun tangan. Wabup bersama Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), Sumarno dan tim pengacara Haddad mendatangi PT Ladewindo.

Pembahasan berlangsung panas saat PT Haddad tetap meminta pembayaran dilakukan di Rumdin. Selain itu juga Haddad meminta pembayaran tidak menggunakan uang tunai, namun memakai cek.

Bos Ladewindo, Dewi menolak tawaran tersebut. Dewi meminta Haddad membayar tunai di PT Ladewindo dengan disaksikan aparat kepolisian, TNI, bupati/wabup dan pejabat lainnya. Lantaran tak menemukan titik temu dan pembahasan kian panas membuat pengacara menuju keluar pabrik.  Mengetahui hal tersebut, pintu gerbang pabrik langsung ditutup rapat dan dijaga agar Haddad tak keluar. Hingga akhirnya Dewi siap menuju Rumdin bersama Haddad.

Buruh Mengamuk

Namun di rumdin suasana justru kian memanas. Haddad tetap tidak menepati pembayaran gaji dan pesangon pada hari itu. Dewi yang marah akhirnya keluar dari rumdin menuju mobil. Buruh yang emosi meminta Dewi keluar dan membayar gaji. Massa yang emosi hingga menggedor-gedorkan mobil bos Ladewindo. Mengantisipasi tindakan anarkis, puluhan aparat kepolisian akhirnya mengamankan Dewi di dalam rumah dinas. Sementara massa menghadang di pintu depan rumah dinas.

Dewi mengatakan tetap akan meminta Haddad membayarkan gaji dan pesangon secara tunai. Menurutnya, Haddad yang tidak menepati janji waktu pembayaran menunjukkan adanya itikad tidak baik dalam penyelesaian kasus tersebut.

Dewi juga mengatakan pembayaran gaji dan pesangon harus dibayarkan di pabrik PT Ladewindo. Hal ini lantaran lokasi perjanjian dan kerja karyawan berada di Ladewindo.

“Saya tidak mau kalau dibayar pakai cek. Harus tunai diberikan ke karyawan. Saya tidak akan ambil sepeserpun dari duit itu, tho disaksikan banyak orang ada Muspika, Pemkab dan Polisi serta TNI,” tuturnya.

Lantaran tak kunjung menemui titik temu, Jumari, perwakilan buruh PT Ladewindo menawarkan kepada rekan-rekannya membuat surat pernyataan bahwa pencairan tunggakan gaji hanya berlangsung dua pihak, yakni buruh dengan PT Haddad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya