SOLOPOS.COM - Moh. Khodiq Duhri (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Belakangan  ini saya kerap melihat iklan dua produk air minum dalam kemasan sering muncul  di layar televisi. Keduanya adalah Le Minerale dan Aqua. Saya merasa tergelitik dan kemudian mengamati materi iklan yang dibuat dua perusahaan itu.

Mereka memanaskan persaingan usaha dengan membuat materi iklan saling menyindir. Dalam iklan Le Mineral setidaknya ada tiga keunggulan produk air minum dalam kemasan yang disampaikan kepada konsumen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pertama, Le Minerale diproses melalui teknologi galon sekali pakai, bukan cuci ulang, sehingga lebih bersih, aman, dan sehat. Kedua, dengan tutup ulir kedap udara membuat botol kemasan Le Minerale mudah dibuka dan anti tumpah.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketiga, harga sudah termasuk galon sehingga tidak perlu repot menukarkan galon kosong. Begitu cara perusahaan air minum dengan slogan ”kayak ada manis-manisnya” itu dalam menyindir pesaing beratnya Aqua.

Melalui iklan yang dibintangi Raisa Andriana, Aqua mengampanyekan pemakaian galon Aqua di rumah. Aqua mengusung isu galon ramah lingkungan sehingga bisa dipakai berkali-kali. Pada salah satu bagian iklan, Aqua menyarankan penggunaan satu galon walau kebutuhan air mineral cukup banyak.

”Walau perlu banyak di rumah, galon [Aqua] ini cukup. Gak perlu nyampah dan ramah lingkungan,” demikian bunyi iklan di televisi itu. Le Minerale adalah produk air minum dalam kemasan dari pegunungan yang diluncurkan pada 2016.

Aqua lebih dulu masuk ke pasaran Indonesia setelah diluncurkan Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw pada 1973. Saat merintis usaha berjualan air minum dalam kemasan pada 1973, Tirto Utomo dianggap orang yang aneh.

Cibiran datang karena Aqua kali pertama masuk pasar dalam bentuk botol kaca 950 mililiter seharga Rp75 pada 1973. Harga sebotol Aqua itu hampir dua kali lipat dari harga bensin saat itu yang senilai Rp46/liter. Siapa menyangka cibiran justru membuat Aqua meraih sukses besar di pasar Indonesia.

Aqua juga sukses di luar negeri. Sejak 1987 produk Aqua telah diekspor ke berbagai negara, seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Maladewa, Fiji, Timur Tengah, dan Afrika. Penjualan saham Aqua ke Danone pada 1998 dianggap langkah yang tepat setelah beberapa metode pengembangan perusahaan tidak cukup untuk menangkal kerugian besar akibat krisis moneter.

Aqua ibarat kakek yang punya segudang pengalaman dalam bisnis air minum dalam kemasan. Le Minerale yang baru berdiri pada 2016 ibarat seorang cucu atau bocah ingusan yang berusaha memanaskan persaingan usaha.

Le Minerale bukanlah produk air minum dalam kemasan yang bisa dianggap enteng oleh pesaing., Le Minerale adalah bocah ajaib yang mampu menjadi pesaing kuat Aqua dalam bisnis air minum dalam kemasan. Le Mineral diproduksi oleh perusahaan raksasa PT Mayora Indah Tbk. yang didirikan Yogi Hendra Atmadja bersama dua rekannya pada 17 Februari 1977.

Dukungan perusahaan raksasa itu membuat Le Minerale menjadi pesaing hebat Aqua. Indikatornya sederhana. Setidaknya dalam setiap toko di tepi jalan yang saya amati, hanya ada dua dua produk air minum dalam kemasan yang dijual. Aqua dan Le Minerale seolah-olah rukun karena dipajang berdampingan di toko.

Larut

Sebetulnya iklan saling sindir antarpemilik merek biasa menghiasi layar kaca, namun isu pola hidup sehat dan isu ramah lingkungan dalam iklan saling sindir antara Aqua dan Le Minerale menjadi pembicaraan elite pemerintah.

Le Minerale dengan mengusung isu menjaga pola hidup sehat sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan dalam menyehatkan masyarakat. Melalui kampanye pola hidup sehat itu muncul kontroversi soal bahaya penggunaan air dalam kemasan galon isi ulang bagi kesehatan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan telah mewajibkan pencantuman label peringatan tentang potensi mengandung bisphenol A atau BPA pada sejumlah kemasan air minum berbahan polikarbonat. BPA adalah bahan kimia yang digunakan sejak 1950 untuk membuat plastik jenis tertentu, termasuk galon kemasan air.

Dalam beberapa penelitian disebutkan BPA bisa bermigrasi atau larut ke dalam makanan dan minuman. Paparan kimia BPA pada makanan dan minuman bisa berdampak kurang baik pada kesehatan, seperti gangguan otak hingga kelenjar prostat.

Beberapa studi menyebut BPA bisa meningkatkan tekanan darah, diabetes tipe 2, sampai penyakit kardiovaskuler. Aqua yang biasa menggunakan galon isi ulang menjadi salah satu pihak yang tersudut selain depot air minum isu ulang.

Seandainya kampanye pola hidup sehat itu bisa berdampak pada terbitnya aturan larangan penggunaan galon isi ulang, itu akan menguntungkan Le Minerale. Aqua jelas menjadi salah satu pihak yang dirugikan.

Aqua yang mengusung kampanye dengan mengangkat isu ramah lingkungan juga sejalan dengan misi pemerintah mengurangi sampah plastik. Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspandin) dan lembaga riset AC Nielsen, produk air minumdalam kemasan menyumbang 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastik pada 2021.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat selama 2021 produksi sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton. Sampah plastik menyumbang sekitar 11,6 juta ton atau 17%. Berdasar laporan data produksi sampah plastik nasional 2021, beberapa tipe sampah plastik yang kerap ditemukan adalah polypropylene (PP), polyethylene terephthalate (PET), dan polycarbonate (PC) yang sebagian besar berasal dari produk air minum dalam kemasan.

Hal itu membuktikan polusi sampah plastik air minum dalam kemasan menjadi krisis yang belum teratasi di negeri ini. Terkait maraknya sampah plastik itu, penggunaan galon air minum isi ulang bisa menjadi solusi penyediaan air minum yang ramah lingkungan di Indonesia.

Kemasan galon isi ulang bisa digunakan secara berulang dan praktis tanpa menimbulkan potensi timbulnya persoalan sampah plastik baru yang dapat mengganggu lingkungan. Menurut hemat saya, aksi saling sindir dengan mempertentangkan isu pola hidup ala Le Minerale sdan isu ramah lingkungan ala Aqua tak perlu dimuculkan di layar kaca.

Masing-masing kampanye itu memiliki muara yang baik bagi kesehatan manusia. Sebagai perusahaan, mereka bisa menjalankan persaingan secara sehat. Bukan malah mempertentangkan dua isu pola hidup sehat yang menjadi wilayah Kementerian Kesehatan dan isu ramah lingkungan yang menjadi wilayah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 30 Mei 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya