SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA — Pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita. Sekitar 156 juta kasus pneumonia baru pertahun terjadi di seluruh dunia, dan menjadi penyebab kematian 1,5 juta anak usia di bawah lima tahun (balita) setiap tahun.

Sayangnya, penyebab kematian utama pada balita ini termasuk dalam kelompok pembunuh yang terlupakan, karena kurangnya edukasi dan tingkat kesadaran yang rendah pada masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di Indonesia, berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Jakarta dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah,  Nusa Tenggara Barat, terdapat sekitar 33% dari 1.200 anak sehat yang dilakukan pengambilan apusan, mengandung kuman S. pneumonia di nasofaringnya.

Angka prevalensi ini menurun bila dibandingkan dengan penelitian Soewignyo pada  1997, dimana prevalensinya saat itu adalah 48%.

Ekspedisi Mudik 2024

“Hal itu menunjukkan kolonisasi pada anak sehat tidak banyak berubah.  Karena itu walau prevalensinya menurun, tapi haru tetap diwaspadai,” kata Prof. Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Peneliti Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam rilisnya, Senin (1/10/2012).

Dia menuturkan studi tersebut dilakukan di 5 Puskesmas di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu Puskesmas Praya, Pringgerata, Ubung, Puyung, dan Mantang, dengan sasaran anak sehat yang berusia 2 bulan sampai 5 tahun, dengan jumlah responden 1.200 subyek. Hasilnya, 33% isolat diantaranya positif mengandung kuman S.pneumonia.

“Ironisnya,  meski menjadi pembunuh balita nomor satu, pneumonia masih belum banyak diperhatikan. Masyarakat di pedesaan maupun perkotaan banyak yang belum menyadari ancaman serius akibat penyakit ini,” ungkapnya.

Masyarakat lebih memperhatikan penyakit balita seperti diare, campak, polio bahkan HIV/ AIDS. Padahal sejak awal 1980-an sampai saat ini, di berbagai puskesmas pneumonia selalu menjadi penyakit yang paling banyak diderita balita.

Untuk itu, katanya, diperlukan edukasi dan penatalaksanaan dalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

“Disisi lain perlu kesadaran pentingnya vaksinasi atau imunisasi, sebagai upaya preventif mengantisipasi pneumonia,” ujarnya.

Seperti diketahui, streptococcus pneumoniae atau yang juga disebut dengan pneumokokus, adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang ringan maupun berat pada manusia.

Penyakit  berat yang ditimbulkannya disebut dengan pneumokokal invasif, atau Invasif Pneumococcal Disease (IPD), yaitu radang paru akut, bakteremia, dan radang selaput otak.

Infeksi pneumokokus dapat menyebabkan penyakit yang sering terjadi pada anak, khususnya yang berusia kurang dari lima tahun.

Dalam kondisi normal, bakteri ini dapat ditemukan  di daerah belakang hidung (nasofaring) sebagai kuman atau bakteri komensal. Yaitu bakteri yang biasa ada di suatu tempat di tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit, disebut dengan karier nasofaring.

Menurut Sri, dalam kondisi tertentu, yang menurunkan daya tahan tubuh anak, seperti infeksi virus yang berulang, kebiasaan terpapar asap rokok, dan lain-lain, kuman ini bisa memasuki aliran darah dan menyebabkan IPD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya