SOLOPOS.COM - Pelatihan tanggap bencana di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Senin (6/5/2013). Kegiatan ini diharapkan bisa menjadikan warga lebih tanggap dalam menghadapi bencana alam. (Harian Jogja/JIBI/Khusnul Isti Qomah)

Pelatihan tanggap bencana di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Senin (6/5/2013). Kegiatan ini diharapkan bisa menjadikan warga lebih tanggap dalam menghadapi bencana alam. (Harian Jogja/JIBI/Khusnul Isti Qomah)

WONOSARI—Palang Merah Indonesia (PMI) Gunungkidul menggelar pelatihan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Senin (6/5/2013). Kegiatan ini diharapkan bisa menjadikan warga lebih tanggap dalam menghadapi bencana alam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Ketua II PMI Gunungkidul,  Soenardjo mengatakan kegiatan ini merupakan progam rutin yang digelar PMI Gunungkidul setiap  tahunnya. Kegiatan ini merupakan kegiatan ke-10 dari pertama kali digelar 2008 lalu. Tahun ini pelatiihan Sibat digelar di dua desa yakni Desa Mulo, Kecamatan Wonosari dan Desa Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk. Desa Mulo menjadi desa ke-10 yang mendapatkan pelatihan sedangkan Desa Ngoro-Oro akan menjadi desa ke-11.

“Kegiatan kami gelar selama dua hari. Hari pertama berupa materi-materi dalam kelas dan hari kedua akan ada praktek di lapangan. Ada 30 peserta dari tokoh masyarakat, karanng taruna dan perangkat desa. Harapannya mereka bisa menularkan kepada warga lainnya,” tutur dia kepada Harian Jogja ketika ditemui di sela-sela kegiatan, Senin (6/5).

Setiap tahun bisa berbeda jumlah desa yang akan disasar pelatihan, besaran dana pun berbeda tergantung hasil dari Muserkab. Tahun ini pelatihan di dua desa tersebut dianggarkan Rp20 juta untuk keperluan seragam, konsumsi serta transportasi.

“Kalau menurut standar nasional, pelatihan memang minimal tujuh hari. Tapi karena kondisi keuangan PMI Gunungkidul terbatas, maka pelatihan kami gelar sesuai dengan kemampuan PMI Gunungkidul. Yang penting tujuan pelatihan bisa tersampaikan,” lanjut dia.

Camat Wonosari, Iswandoyo mengaku sangat mendukung kegiatan ini. Masyarakat harus paham bagaimana bertindak ketika ada bencana yang terjadi. Kesadaran untuk tanggap bencana muncul ketika terjadi gempa 2006 lalu.

“Rata-rata masyarakat itu jiwa untuk menjadi relawan tinggi. Tapi mereka tidak tahu teknis bagaimana melakukannya. Dengan pelatihan seperti ini tentu akan menambah pengetahuna mereka sehingga lebih tanggap ketika menghadapi bencana. Rata-rata di Wonosari bencananya angin puting beliung dan kecelakaan lalu lintas,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya