SOLOPOS.COM - Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri (Istimewa/Instagram @sulistyawisnu)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Desa Boto, Kecamatan Baturetno, Wonogiri, berharap ada kebijakan yang menguntungkan bagi mereka dari pembangunan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS apung senilai Rp1 triliun yang akan dibangun di Waduk Gajah Mungkur atau WGM Wonogiri pada 2024.

Mereka ingin turut dilibatkan dalam pembangunan maupun operasional PLTS itu kelak. Hal itu lantaran mata pencaharian utama mereka sebagai nelayan dan petani terancam hilang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagai informasi, PT Indonesia Power bakal membangun PLTS di WGM Wonogiri di wilayah Desa Boto, Kecamatan Baturetno. PLTS berkapasitas 100 Mega Watt itu ditargetkan beroperasi mulai Maret 2024.

Pembangunan PLTS direncanakan berada di genangan WGM Wonogiri seluas 130 hektare (ha) dan area darat tepi WGM seluas 7,89 ha sebagai switchyard. Luas PLTS itu sekitar 2% dari total luas WGM.

Kepala Desa Boto, Edi Suroso, mengatakan sejumlah warga berharap ada solusi bagi mereka yang terdampak pembangunan PLTS di WGM. Pembangunan tersebut akan mengurangi area tangkap nelayan karena rencana lokasi PLTS berada tepat di wilayah perairan WGM yang biasa menjadi area tangkapan ikan nelayan. 

Selain itu, area daratan yang bakal menjadi switchyard selama ini menjadi lahan pertanian produktif yang dikelola warga. Lahan itu biasa ditanami tanaman pangan dan hortikultura meski hanya sekali panen dalam setahun karena termasuk pertanian pasang surut.

Pembangunan itu dinilai akan berdampak pada hilangnya mata pencaharian warga desa. “Kami berharap ada win-win solutions. Ya walaupun itu [waduk dan lahan pertanian] wilayah milik PJT [Perum Jasa Tirta]. Tetapi kami selama ini bergantung hidup di sana sebagai nelayan dan petani,” kata Edi saat dihubungi Solopos.com, Senin (29/5/2023).

Beralih Pekerjaan

Edi menegaskan hanya minta solusi terkait dampak dari pembangunan PLTS apung di WGM Wonogiri agar warga tetap bisa mendapatkan penghasilan. Dia melanjutkan warga sangat mungkin beralih mata pencaharian apabila mereka disediakan pekerjaan lain.

Mereka tidak masalah jika mata pencaharian sebagai nelayan dan petani dikorbankan demi PLTS asalkan ada pekerjaan lain yang diberikan kepada warga. Selama ini kekhawatiran warga terhadap pembangunan PLTS tersebut hanya soal masalah ekonomi. 

“Kalau misal nanti kami dipekerjakan di PLTS, ini memang kami mengharapkan hal itu,” ujar dia. Cara lain, lanjut dia, dengan menyediakan modal untuk warga berwirausaha. Misalnya diberikan usaha untuk menjual kebutuhan harian, warung makan, dan lainnya.

Tetapi masalahnya hal itu cukup sulit mengingat mayoritas warga Desa Boto terdampak pembangunan PLTS itu. Dia menyebut separuh lebih warga Boto bekerja sebagai petani atau nelayan di area WGM.  

Ihwal wisata edukasi PLTS apung di WGM Wonogiri, jika benar akan terealisasi, Edi juga berharap warga dilibatkan dalam hal itu. Dia menilai wisata edukasi juga bisa menjadi opsi bagi warga untuk beralih pekerjaan dari nelayan atau petani.

Terlebih saat ini wisata sedang banyak dicari warga. Menurut dia, sebenarnya sejumlah warga juga sudah menangkap potensi ekonomi dari pembangunan PLTS tersebut. Salah satunya penyediaan penginapan atau rumah indekos bagi para pekerja PLTS kelak.

Mereka juga sudah berpikir pembangunan itu sedikit banyak akan menambah ramai wilayah tersebut. Artinya, peluang ekonomi juga akan meningkat. Kendati demikian, hal itu masih sekadar spekulasi. Solusi riil dari perusahaan maupun pemerintah tetap ditunggu warga.

“Kalau benar terbangun PLTS, kami ingin akses menuju area tersebut layak. Infrastruktur di desa benar-benar diperhatikan,” ucap Edi.

Kemudahan Akses Listrik

Kepala desa yang juga petani itu berharap kelak warga bisa menjangkau listrik dari PLTS secara mudah. Khususnya untuk keperluan pertanian. Selama ini, kebutuhan air untuk pertanian masih di Desa Boto sekitarnya masih mengandalkan pompa yang menggunakan bahan bakal gas atau minyak.

“Kalau pakai submersible kan lebih mudah. Pompa air untuk mengaliri lahan pertanian langsung dari sumur dengan pompa menggunakan listrik,” katanya.

Sebelumnya, saat konsultasi publik di Pendapa Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/5/2023), Manager Generation Business Development PT Indonesia Power, Puguh Anantawidya, mengatakan akan berupaya meminimalkan dampak negatif dari pembangunan PLTS WGM.

Dia memahami apa yang dikhawatirkan warga atas dampak pembangunan PLTS terhadap mata pencaharian mereka. Puguh tidak memungkiri memang ada hal-hal yang tidak bisa dihindari ketika pembangunan dan operasional PLTS. 

Untuk itu, PT Indonesia Power akan terus berkonsultasi dan audiensi dengan warga yang terdampak agar bisa mencari solusi atas kekhawatiran tersebut. Pembangunan dan operasional PLTS akan diupayakan melibatkan warga lokal.

Selain itu, perusahaan juga berencana membuka wisata edukasi PLTS. Sektor wisata ini dinilai akan banyak melibatkan warga lokal, khususnya yang terdampak.

“Ada beberapa solusi, misalnya nanti ada wisata edukasi, itu bisa menjadi peluang [ekonomi] baru bagi masyarakat. Kami juga ada program-program lain seperti pembinaan dan pemasaran produk unggulan UMKM sekitar,” kata Puguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya