SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, PURWOKERTO &mdash;</strong> PT Sejahtera Alam Energi (SAE) selaku pelaksana proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi&nbsp; atau PLTPB Gunung Slamet, Banyumas, Jawa Tengah menghentikan pengeboran sumur geothermal pertama di <em>well pad H</em>. Alasannya, tidak ditemukan sumber panas bumi sehingga pengeboran akan dilakukan di <em>well pad</em> <em>F</em> yang jaraknya sekitar 3 km dari <em>well pad H</em>.</p><p>Modus operandi semacam itu diklaim Komunitas Peduli Slamet atau Kompleet Purwokerto sudah diduga sebelumnya. Dhani Armanto dari Kompleet Purwokerto mengatakan alasan kegagalan pengeboran sumur geothermal di Well Pad H PLTPB Gunung Slamet itu persis seperti yang dikhawatirkan para pegiat lingkungan hidup.</p><p>Kegagalan sumur bor akan menjadi alasan korporasi bertindak sewenang-wenang dengan mengajukan izin perluasan area ekplorasi. "Gagal di sumur pertama akan pindah ke sumur berikutnya. Dan akan seperti itu, area semakin luas," kata Dhani sebagaimana dipublikasikan redaksi laman aneka berita <em>Liputan6.com</em>, Kamis (4/8/2018).</p><p>Celakanya, menurut dia, pemerintah pun secara semena-mena selalu memberikan izin. Meskipun dampak awal atas eksplorasi sudah terjadi. Dipaparkannya tentang keruhnya air Sungai Prukut dan Sungai Logawa bisa menjadi pertanda awal bahwa eksplorasi PLTPB telah menganggu ekosistem hutan.</p><p>Bukan hanya itu, banjir bandang yang terjadi serentak di sungai-sungai yang mengalir di Banyumas dan Purwokerto dan berhulu di lereng Gunung Slamet menjadi penanda lainnya. Terakhir, banjir bandang juga terjadi di Bumiayu, Brebes.</p><p>&ldquo;Pemerintah hanya mau merespons jika dampaknya besar. Contoh, lumpur Lapindo. Celakanya, nanti akan disebut sebagai bencana alam,&rdquo; ucapnya.</p><p>Dia memperingatkan izin perluasan kawasan eksplorasi bakal semakin mengancam ekosistem hutan lindung Gunung Slamet. Dia memperingatkan pula bahwa dalam jangka setahun hingga tiga atau empat tahun ke depan, ancaman bencana banjir dan longsor akan semakin masif.</p><p>Berikutnya, dalam kisaran lima hingga enam tahun ke depan, bencana kekeringan juga bakal mengancam warga yang tinggal di lereng selatan Gunung Slamet. Pasalnya, eksplorasi merusak sistem hidrologi hutan yang terbentuk selama ribuan tahun ini.</p><p>&ldquo;Pesan kami kepada masyarakat, mempersiapkan diri untuk hal-hal yang mungkin terjadi,&rdquo; kata Dhani.</p><p>Eksplorasi proyek PLTPB Gunung Slamet menurut catatan <em>Liputan6.com</em> memicu kontroversi di Banyumas. Pasalnya, ekplorasi menyebabkan tercemarnya sejumlah sungai, terutama di Kecamatan Cilongok, Banyumas, akibat hanyutnya sedimen sisa pembukaan lahan dan pengeprasan bukit.</p><p>Sungai menjadi keruh. Pembudidaya ikan, peternak dan pelaku industri kecil mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. &ldquo;Mereka juga harus menyelesaikan kompensasi kepada masyarakat,&rdquo; dia menambahkan.</p><p><em><strong><a href="http://semarang.solopos.com/">KLIK</a> dan <a href="https://www.facebook.com/SemarangPos">LIKE</a> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p>

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya